Para sahabat Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia biasa sebagaimana diri kita. Akan tetapi Allah telah mengangkat mereka ke derajat yang sangat tinggi karena kemampuan mereka menundukkan hawa nafsu dan setan demi mengikuti Allah dan rasul-Nya serta mengorbankan apa pun demi meraih keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Akhirnya mereka diberi predikat oleh Allah Ta’ala sebagai umat terbaik yang pernah ditampilkan untuk umat manusia. Generasi sebelum dan sesudah mereka tidak mampu menyamai prestasi hidupnya.
Mereka menjadi role model masyarakat yang ideal. Mereka memiliki banyak keutamaan dan sifat-sifat yang unggul. Tulisan ini akan mengulasnya dengan gamblang.
Hadits Tentang Shahabat Nabi
Hadits-hadits yang berisi tentang para sahabat Nabi ﷺ banyak sekali jumlahnya. Berikut ini sejumlah kecil hadits tentang para sahabat Nabi ﷺ sekedar sebagai gambaran saja.
- Hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده لو أنفق أحدكم مثل أحد ذهباً ما بلغ مدّ أحدهم ولا نصيفه
رواه البخاري ومسلم والترمذي وأبوداود. واللفظ للترمذي
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Rasulullah ﷺ bersabda, ”Kalian jangan mencaci maki para sahabatku. Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud, hal itu tidak akan mencapai infaq salah seorang sahabatku sebesar satu mud atau setengahnya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan lafazh hadits ini dari at-Tirmidzi]
- Hadits Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu
عن عمران بن حصين رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «خير الناس قرني ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم ] أخرجه البخاري ومسلم والترمذي، وكذلك أبو داود والنسائي بلفظ آخر[
Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda, ”Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku kemudian generasi setelah mereka kemudian generasi sesudahnya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi. Demikian pula Abu Dawud dan An-nasa’i dengan lafazh yang lain]
- Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu.
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إذا رأيتم الذين يسبون أصحابي، فقولوا: لعنة الله على شركم] أخرجه الترمذي في المناقب[
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, ”Rasulullah ﷺ bersabda,’Apabila kalian melihat orang-orang yang mencaci maki para sahabatku maka katakan kepada mereka: “Semoga Allah melaknat kejahatan kalian.” [Hadits riwayat at-Tirmidzi dalam Al-Manaqib]
- Hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu
عن العرباض بن سارية، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنه من يعش منكم فسيرى اختلافاً كثيرًا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين عضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل بدعة ضلالة ] رواه أحمد وأبو داود والترمذي وابن ماجة، وقال الترمذي: حديث حسن صحيح،[
Dari Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Rasulullah ﷺ bersabda,’Siapa saja di antara kalian yang berumur panjang maka akan melihat adanya banyak perselisihan. Oleh karena itu hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnah para khalifah yang lurus (al-Khulafa’ Ar-Rasyidun). Gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama). Sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.’
[Hadits riwayat Ahmad , At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah. At-Tirmidzi berkata, ”Hadits hasan shahih.”][i]
Pengertian Shahabat Nabi
Mengenai pengertian sahabat Nabi ﷺ ada banyak ungkapan dari para ulama. Namun di sini hanya akan dijelaskan secara ringkas saja.
– Pengertian Secara Bahasa
Kata صَحَابِيّ ‘sahabat’ merupakan bentuk tunggal dari kata ‘صَحَابَة’ ‘sahabat-sahabat’, yang disandarkan kepada mereka, bentuk pecahan kata dari kata صحب . Para ahli bahasa telah sepakat bahwa kata itu menunjukkan kepada ittiba’ ‘mengikuti’, mulaazamah ‘persahabatan’ dan ‘mu’aasyarah’ ‘berkawan’
Kata الصَّحَابَة ‘ash-Shahabah’ dan أَصْحَاب ‘ash-haab’ dipakai secara umum dengan makna orang yang mengikuti orang lain atau orang yang menganut suatu pemikiran atau jalan.
Hal ini sebagaimana ungkapan: ﷺ اصحاب الرسول ‘Ash-haabur rasuuli ﷺ dan اصحاب الحديث ‘ash-haabul hadits’ dan اصحاب الإمام أحمد ‘Ash-haabul Imam Ahmad’ dan seterusnya. Pada dua ungkapan terakhir dan yang semisal dengannya merupakan penyebutan umum secara majazi (kiasan bukan hakiki)[ii]
– Pengertian Secara Istilah
Pengertian sahabat yang masyhur di kalangan para ahli hadits adalah orang yang berjumpa dengan Nabi ﷺ dalam keadaan beriman kepadanya dan meninggal di atas Islam meskipun pernah murtad.
Pengertian ini mencakup pria, wanita, orang merdeka dan Mawali, dan orang-orang yang persahabatannya sedikit atau banyak, dan orang yang melihatnya namun tidak bergaul dengannya dan selain itu, hingga orang yang buta dari kalangan mereka.
Inilah definisi sahabat yang benar yang didukung oleh makna secara bahasa. Juga didukung oleh pengertian sahabat dalam al-Quran, sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang Nabi ﷺ:
مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ
”Tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu.” [Saba’: 46]
dan firman-Nya:
وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ
”Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila.” [At-Takwir: 22]
Telah shahih dari Nabi ﷺ sabdanya dalam sejumlah hadits: “Berbahagialah orang yang telah melihatku.” Dan sabdanya: “Api neraka tidak akan menyentuh seorang Muslim yang melihatku.”
Dalil-dalil ini dan yang lainnya seluruhnya menunjukkan atas kemutlakan persahabatan dan melihat Nabi ﷺ. Dalil-dalil tersebut tidak menjelaskan tentang kadar tertentu dari persahabatan dan melihat Nabi ﷺ. Wallahu a’lam.[iii]
Kedudukan Shahabat Dalam Islam
Para sahabat Nabi Muhammad ﷺ merupakan generasi umat manusia yang memiliki kedudukan sangat tinggi dalam Islam dengan derajat kebaikan yang belum pernah dicapai sebuah generasi pun sebelumnya maupun sesudahnya.
Mereka mendapatkan pujian langsung dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ dalam banyak ayat dan hadits. Mencintai mereka merupakan bagian dari iman dan membenci mereka bisa jadi merupakan kekafiran atau kemunafikan atau tindak melampaui batas.
Siapa saja yang berani merendahkan dan mencaci kehormatan mereka maka akan mendapatkan laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya sebagaimana dinyatakan alam hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Rasulullah ﷺ bersabda,
مَن سب أصحابي فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين
”Siapa yang mencaci para sahabatku maka ia akan mendapatkan laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya.” [Hadits riwayat Ath-Thabrani]
Mereka manusia biasa yang bisa saja khilaf dan bersalah namun Allah Ta’ala memberi ampunan keapda mereka terhadap kesalahan tersebut yang tidak Allah berikan kepada selain mereka.
Hal itu, karena kebaikan mereka di masa sebelumnya yang begitu besar, tulus dan melimpah ruah. Mereka memang generasi terbaik yang pernah dilahirkan dalam sejarah umat manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ -١١٠-
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun keba-nyakan mereka adalah orang-orang fasik. [Ali imran: 110]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
ومن نظر في سيرة القوم بعلم وبصيرة ، وما منَّ الله عليهم به من الفضائل علم يقينا أنهم خير الخلق بعد الأنبياء لا كان ولا يكون مثلهم ، وأنهم الصفوة من قرون هذه الأمة التي هي خير الأمم ، وأكرمها على الله]العقيدة الواسطية / 43 [.
“Siapa saja yang mengkaji dengan ilmu dan bashirah tentang sejarah hidup para sahabat dan berbagai keutamaan yang Allah karuniakan kepada mereka, akan mengetahui secara yakin bahwa mereka itu adalah makhluk terbaik setelah para Nabi yang belum pernah ada dan tidak akan pernah ada lagi yang semisal mereka. Sesungguhnya mereka itu orang-orang pilihan dari generasi umat ini yang merupakan umat terbaik dan yang paling mulia di sisi allah.” [Aqidah Wasithiyah, hal. 43][iv]
Keutamaan Shahabat Nabi
Dr. Nayif bin Ahmad al Hamd mengatakan bahwa keutamaan para sahabat disebutkan dalam banyak ayat dan hadits. Di antara keutamaan para sahabat adalah:[v]
- Allah Ta’ala telah meridhai mereka
Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ -١٠٠-
Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah Menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. [At-Taubah: 100]
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً -١٨-
Sungguh, Allah telah Meridai orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia Mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia Memberikan ketenangan atas mereka dan Memberi balasan dengan kemenangan yang dekat. [Al-Fath: 18]
- Infaq para sahabat bernilai jauh lebih besar dibandingkan infaq selain mereka.
Hal ini sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ( لا تسبوا أصحابي لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده لو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما أدرك مد أحدهم ولا نصيفه] رواه البخاري (3470 ) ومسلم (2540) واللفظ له[
”Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,’Rasulullah ﷺ bersabda, ”Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku. Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorng dari kalian berinfaq emas semisal gunung Uhud, hal itu tidak akan sebanding dengan infaq salah seorang dari mereka sebesar satu Mud atau setengahnya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari 3470 dan Muslim 2540. Ini Lafazh Muslim]
- Amal shaleh shahabat lebih tinggi nilainya dibandingkan selain mereka.
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا يَسْتَوِي مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلّاً وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ -١٠-
Dan mengapa kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal milik Allah semua pusaka langit dan bumi? Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah Menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan. [Al-Hadid: 10]
- Generasi mereka adalah generasi terbaik.
Hal ini sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
رواه البخاري ( 2509) ومسلم ( 2533 )
”Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (2533) dan Muslim (2509)]
- Para sahabat merupakan pelindung umat Islam
Hal ini sebagaimana dalam hadits Abu Bardah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Rasulullah ﷺ bersabda,
النجوم أمنة للسماء فإذا ذهبت النجوم أتى السماء ما توعد ، وأنا أمنة لأصحابي فإذا ذهبت أتى أصحابي ما يوعدون ، وأصحابي أمنة لأمتي فإذا ذهب أصحابي أتى أمتي ما يوعدون ] رواه مسلم[ ( 2531 ) .
“Bintang-bintang adalah penjaga langit. Apabila bintang-bintang itu lenyap maka terjadilah pada langit itu apa yang telah dijanjikan. Dan aku adalah penjaga para sahabatku. Apabila aku telah tiada maka akan menimpa para sahabatku apa yang telah dijanjikan. Dan para sahabatku adalah para penjaga bagi umatku. Apabila para sahabatku telah tiada maka akan menimpa umatku apa yang telah dijanjikan.” [Hadits riwayat Muslim (2531)]
Kewajiban Kita /Adab kepada Shahabat Nabi
Shahabat Nabi ﷺ memiliki hak atas umat Islam seluruhnya. Tidak satu pun dari umat Islam setelah generasi sahabat kecuali mendapati banyaknya jasa mereka kepada Islam dan kaum Muslimin.
Islam sampai kepada kita dari Nabi ﷺ secara utuh tanpa penambahan dan pengurangan adalah melalui mereka. Memenuhi hak-hak mereka menjadi kewajiban kita semua.
Kewajiban umat Islam kepada para sahabat Nabi ﷺ sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdullah bin Shalih al-Qushayyir adalah sebagai berikut:[vi]
- Mengakui keutamaan mereka, membersihkan hati jangan sampai membenci mereka atau memiliki kedengkian terhadap salah seorang dari mereka.
- Mencintai mereka dengan hati dan memuji mereka dengan lisan karena keterdahuluan mereka dalam kebaikan, keutamaan mereka.
- Mengambil dari mereka serta mengikuti mereka dengan baik dalam hal ilmu, amal, dakwah, amar makruf dan nahyi mungkar, bermuamalah dengan umat secara umum dan bersikap keras kepada musuh agama.
- Memohonkan rahmat dan ampunan untuk mereka.
Hal ini merupakan perwujudan firman Allah Ta’ala:
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ -١٠-
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”
[Al-Hasyr: 10]
- Menahan diri dari memasuki perselisihan yang ada di antara mereka dan meyakini bahwa mereka adalah para mujtahid yang mendapatkan pahala. Yang benar mendapatkan dua pahala dan yang keliru satu pahala, kesalahannya diampuni karena ijtihadnya.
- Bersikap waspada dari menyebarkan berbagai keburukan yang disandarkan kepada para sahabat. Sesungguhnya sebagian besar merupakan kedustaan yang diada-adakan oleh para pengikut hawa nafsu, orang-orang yang melampaui batas (ekstrim) dan fanatisme.
- Meyakini keharaman mencaci mereka atau salah seorang dari mereka. Melaknat para sahabat lebih keras haramnya daripada mencaci mereka karena hal itu merupakan bentuk pendustaan terhadap Allah Ta’ala dalam hal tazkiyah dan pujian Allah terhadap mereka dan janji kebaikan untuk mereka.
Selain itu, juga merupakan bentuk adab yang buruk terhadap Nabi ﷺ yang telah melarang dari mencaci mereka. Demikian juga, hal itu merupakan kezhaliman terhadap para sahabat dan serangan terhadap mereka padahal mereka adalah para wali Allah yang istimewa setelah para nabi dan rasul.
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَاناً وَإِثْماً مُّبِيناً -٥٨-
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [Al-Ahzab: 58]
Dalam hadits Qudsi yang shahih Allah berfirman, ”Siapa saja yang memusuhi seorang wali-Ku, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang kepadanya…”
Sifat Para sahabat Nabi
Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan gambaran yang jelas dan banyak tentang sifat – sifat para sahabat Nabi ﷺ, di antaranya adalah sebagai berikut:[vii]
- Bersikap keras kepada orang kafir dan bersikap lemah lembut di antara sesama mereka.
- Banyak ruku’ dan sujud untuk mengharap fadhilah dari Allah dan ridha-Nya.
Dua sifat pertama ini tergambar dalam firman Allah Ta’ala berikut:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang ka-fir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. [Al-Fath: 29]
- Hati mereka bisa tenang dengan berdzikir kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ
”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” [Ar-Ra’du: 28]
Sufyan rahimahullah berkata mengenai ayat ini, ”Mereka ini adalah para sahabat Muhammad ﷺ.” [Riwayat Sa’id bin Manshur: 5/ 435]
- Mulia dan banyak berbakti.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
بِأَيْدِي سَفَرَةٍ -١٥- كِرَامٍ بَرَرَةٍ -١٦-
”di tangan para utusan yang mulia lagi berbakti.” [‘Abasa: 15-16]
Wahab bin Munabbih rahimahullah berkata mengenai ayat ini, ” Mereka adalah para sahabat Muhammad ﷺ. [Tafsir Ibnu Katsir : 4/472]
- Senantiasa membaca al-Quran dan mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman,
يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِه
“Mereka membacanya sebagaimana mestinya..” [Al-Baqarah: 121]
Qatadah berkata tentang firman Allah Ta’ala tersebut demikian, ” Mereka adalah para sahabat Muhammad ﷺ. Mereka beriman dan mengamalkan apa saja yang menjadi tuntutan iman tersebut.” [Fathul Bari 13/508]
- Hatinya baik
- Ilmunya dalam
- Paling sedikit sikap takalluf-nya (takalluf adalah sangat memaksakan diri untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya)
- Petunjuknya paling lurus
- Keadaannya paling baik.
Sifat ke-enam hingga ke 10 itu berdasarkan penggambaran Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tentang para sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Abdullah bin Mas’ud berkata,
والصحابة أبر هذه الأمة قلوبا ، وأعمقها علما ، وأقلها تكلفا ، وأقومها هديا ، وأحسنها حالا اختارهم الله لصحبة نبيه -صلى الله عليه وسلم- وإقامة دينه
“Para sahabat adalah orang yang hatinya paling baik di kalangan umat ini, paling mendalam ilmunya, paling sedikit takalluf-nya, paling lurus petunjuknya dan paling bagus keadaannya. Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya ﷺ dan menegakkan agama-Nya.” [Tafsir Al-Qurthubi: 1/ 60]
Hukum Mencela Shahabat Nabi
Mencela sahabat Nabi Muhammad ﷺ hukumnya haram berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
لا تسبوا أصحابي لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده لو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما أدرك مد أحدهم ولا نصيفه ] رواه البخاري (3470 ) ومسلم (2540) واللفظ له[
”Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,’Rasulullah ﷺ bersabda, ”Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku. Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorng dari kalian berinfaq emas semisal gunung Uhud, hal itu tidak akan sebanding dengan infaq salah seorang dari mereka sebesar satu Mud atau setengahnya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari 3470 dan Muslim 2540. Ini Lafazh Muslim]
Juga sabda Rasulullah ﷺ yang lain dari riwayat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
مَن سب أصحابي فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين
”Siapa yang mencaci maki para sahabatku maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia.” [Hadits riwayat Ath-Thabrani]
Larangan dalam hadits tersebut menunjukkan atas haramnya hal ini dan laknat yang ditimpakan kepada siapa saja yang mencela sahabat juga mengindikasikan haramnya hal tersebut.
قال أبو زرعة _رحمه الله تعالى_ ” إذا رأيت الرجل ينتقص أحدا من أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فاعلم أنه زنديق
Abu Zur’ah rahimahullah Ta’ala berkata, ”Jika kamu melihat seseorang merendahkan salah seorang shahabat Rasulullah ﷺ maka ketahuilah bahwa dia orang zindiq (orang yang menampakkan iman dan menyembunyikan kekafiran.)
Tanya Jawab Seputar Shahabat Nabi
Berikut ini beberapa pertanyaan yang seringkali dicari jawabanya oleh sebagian kalangan dari kaum Muslimin:
– Apa itu Shahabiyah Nabi?
Shahabiyah adalah sebutan bagi satu orang sahabat Nabi Muhammad ﷺ dari kalangan para wanita Muslimah. Jadi kalau satu orang sahabat laki-laki disebut dengan shahabiy kalau satu orang satu orang sahabat wanita disebut dengan shahabiyah.
– Berapa Jumlah Shahabat Nabi?
Para ulama menyebut angka yang berbeda-beda. Abu Zur’ah mengatakan,’Yang mengikuti haji wada’ bersama rasulullah ﷺ berjumlah 40 ribu orang dan yang ikut perang Tabuk 70 ribu orang.”
Imam Asy-Syafi’i berkata, ”Saat Rasulullah ﷺ wafat ada 60 ribu sahabat. 30 ribu di Madinah dan 30 ribu tersebar di berbagai kabilah Arab dan lainnya.”
Abu Zur’ah Ar-razi berkata, ”Rasulullah ﷺ wafat meninggalkan 114 ribu sahabat.”
Yang pasti, jumlah para sahabat Rasulullah ﷺ sangat banyak. Apalagi setelah kabilah-kabilah Jazirah Arab masuk Islam setelah Fathu Makkah. Namun penentuan dengan angka tertentu tadi tidak mungkin untuk dipastikan karena kita tahu tidak ada orang yang menghitung para sahabat saat Nabi ﷺ wafat.
Hal ini karena menghitung jumlah sahabat merupakan perkara yang sangat sulit kala itu setelah Islam tersebar dan muncul ke permukaan serta para pemeluknya terpencar-pencar ke berbagai penjuru.
Adapun jumlah tertentu yang disebutkan oleh sebagian ulama, maka bisa jadi itu merupakan ijtihadnya dalam menentukan jumlah mereka dan bisa jadi pula itu merupakan pengetahuan maksimal mereka dan sebagainya.[viii]
– Siapakah Shahabat Yang Terakhir Meninggal?
Sahabat Nabi ﷺ yang meninggal paling akhir secara mutlak adalah Abu Thufail ‘Amir bin Watsilah Al-Laitsi. Beliau meninggal pada tahun 110 H berdasarkan riwayat yang benar. Yang memberikan kepastian tentang hal ini adalah Muslim, Mush’ab Az-Zubairi, Ibnu Mandah, Al-Mizzi.[ix]
Demikian pembahasan tentang keutamaan dan sifat sahabat Nabi ﷺ. Semoga bisa menambah kecintaan kita kepada mereka dan menguatkan semangat kita untuk mengikuti jalan hidup mereka serta meneladani perikehidupan mereka.
[i] http://www.darululoom-deoband.com/arabic/magazine/tmp/1326879288fix3sub3file.htm
[ii] Al-Ahadits Al-Waridah fi Fadhailish Shahabah, Dr. Su’ud bin ‘Id bin ‘Umair, Al-Jami’ah Al-Islamiyah Madinah Munawwarah, Jilid 1, cetakan pertama, 1427 H, hal. 56-57.
[iii] Ibid, hal. 56-60.
[iv] http://www.saaid.net/mohamed/s/1.htm
[v] http://www.saaid.net/mohamed/s/1.htm
[vi] https://www.alukah.net/personal_pages/0/97539/
[vii] http://www.saaid.net/mohamed/s/1.htm
[viii] Al-Ahadist al – Waridah fi Fadhailish Shahabah, Dr. Su’ud bin ‘Id bin ‘Umair, Al-Jami’ah Al-Islamiyah Madinah Munawwarah, Jilid 1, cetakan pertama, 1427 H, hal. 103-105. Dengan diringkas.
[ix] Ibid, hal. 110.
Tinggalkan Balasan