Pidato Bahasa Arab Tentang Syukur Nikmat dan Artinya

Pidato Bahasa Arab

Pidato bahasa arab tentang syukur dan artinya singkat dilengkapi dilengkapi harakat dan terjemahannya dengan judul Syukrun Ni’am / Syukur Nikmat

Tema pidato tentang syukur nikmat Allah ini membahas tentang nikmat Allah yang tidak terhitung maka harus disyukuri serta berbagai hal yang dapat membantu agar dapat membantu bersyukur

Pidato ini dinukilkan dari penutur asli Bahasa Arab sehingga layak untuk dijadikan sebagai alternatif bahan latihan pidato Bahasa Arab bagi para pelajar yang sedang berlatih pidato dalam Bahasa Arab, terutama di pesantren untuk tingkat dasar.

Syukur Nikmat

شُكْرُ النِعَمِ

Pembukaan Pidato

الـحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Kepada-Nya kami memohon pertolongan dalam semua urusan dunia dan agama. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul paling mulia, keluarganya dan seluruh sahabatnya.

Isi Pidato

أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ

فَإِنَّ نِعَمَ اللهِ عَلَيْنَا لَا تُعَدُّ، وَلَا تُحْصَى، بَلْ هِيَ مُتَتَابِعَةٌ، بِتَتَابُعِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

Wahai kaum Muslimin!

Sesungguhnya nikmat Allah atas diri kita tak terhitung jumlahnya. Nikmat-nikmat tersebut terus berkelanjutan sebagaimana terus berlanjutnya siang dan malam.

قَالَ تَعَالَى: ﴿وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ ﴾ [إبراهيم: 34]

Allah Ta’ala berfirman,

Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur. [Ibrahim: 34]

وَمِنْ أَعْظَمِ هَذِهِ النِّعَمِ نِعْمَةُ الْهِدَايَةِ لِهَذَا الدِّيْنِ، قَالَ تَعَالَى: ﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ﴾ [المائدة: 3]

Salah satu nikmat terbesar adalah nikmat hidayah kepada agama ini. Allah Ta’ala berfirman, Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. [Al-Maidah: 3]

قَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ ابْنُ تَيْمِيَّةَ – رَحِمَهُ اللهِ -: وَالْعَبْدُ دَائِمًا بَيْنَ نِعَمَةٍ مِنَ اللهِ تَحْتَاجُ إِلَى شُكْرٍ، وَذَنْبٍ يَحْتَاجُ فِيْهِ إِلَى اسْتِغْفَارٍ، وَكُلُّ مِنْ هَذَيْنِ مِنَ الْأُمُوْرِ اللَّازِمَةِ لِلْعَبْدِ دَائِمًا، فَإِنَّهُ لَا يَزَالُ يَتَقَلَّبُ فِي نِعَمِ اللهِ وَآلاَئِهِ وَلَا يَزَالُ مُحْتَاجًا إِلَى التَّوْبَةِ وَالاِسْتِغْفَارِ.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ”Seorang hamba senantiasa berada di antara nikmat dari Allah butuh kepada syukur dan dosa yang butuh kepada istighfar. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan perkara yang senantiasa melekat pada seorang hamba selamanya. Dia senantiasa bergelimang dengan nikmat Allah Ta’ala dan karunia-Nya yang sangat banyak dan dia terus menerus butuh kepada taubat dan istighfar.”

وَمِنَ الْأَسْبَابِ الْمُعِيْنَةِ عَلَى شُكْرِ النِّعَمِ

Di antara sebab yang bisa membantu seseorang untuk mensyukuri nikmat adalah sebagai berikut:

أَوَّلًا: التَّأَمُّلُ فِي نِعَمِ اللهِ وَاسْتِحْضَارُهَا فِي كُلِّ لَحْظَةٍ وَحِيْنٍ، وَعَدَمُ الْغَفْلَةِ عَنْهَا

Pertama, memperhatikan nikmat-nikmat Allah dan menghadirkannya setiap saat serta tidak melupakannya.

فَإِنَّ كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ يَتَنَعَّمُوْنَ بِشَتَّى أَنْوَاعِ النِّعَمِ مِنْ مَآكِلَ، وَمَشَارِبَ، وَمَرَاكِبَ، وَمَسَاكِنَ، وَمَعَ ذَلِكَ لَا يَسْتَشْعُرُوْنَ هَذِهِ النِّعَمِ، لِأَنَّهُمْ لَمْ يَفْقَدُوْهَا يَوْمًا مِنَ الْأَيَّامِ، وَاعْتَادُوْا عَلَيْهَا، لِذَلِكَ فَإِنَّ اللهَ يُرِيْدُ مِنَّا التَّأَمُّلَ فِي هَذِهِ النِّعَمِ

Kebanyakan orang menikmati berbagai jenis nikmat seperti makanan, minuman, kendaraan dan tempat tinggal. Meskipun demikian, mereka tidak merasa semua itu merupakan nikmat karena mereka belum merasakan kehilangan salah satu dari nikmat tersebut pada satu masa tertentu dan sudah terbiasa dengan semua itu. Oleh karena itu Allah menginginkan kita memperhatikan nikmat-nikmat ini.

قَالَ تَعَالَى: ﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ﴾ [فاطر: 3].

Allah Ta’ala berfirman, Wahai manusia, ingatlah nikmat Allah kepadamu! Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia. Lalu, bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari ketauhidan)? [Fathir: 3]

ثَانِيًا: أَنْ يَنْظُرَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنَّا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْهُ

Kedua, masing-masing dari kita melihat kepada orang yang lebih rendah keadaannya dari diri kita.

رَوَى الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ مِنْ حَدِيْثِ أَبِيْ هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -: أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ: “اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda, ”Lihatlah kepada orang yang (keadaan duniawinya) lebih rendah dari kalian dan jangan melihat kepada orang yang (keadaan duniawinya) lebih tinggi dari kalian. Hal itu lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat-nikmat Allah kepada kalian.”

ثَالِثًا: أَنْ يَّعْلَمَ الْإِنْسَانُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى يَسْأَلُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ شُكْرِ هَذِهِ النِّعَمِ، هَلْ قَامَ بِذَلِكَ أَوْ قَصُرَ؟

Ketiga, semua orang perlu tahu bahwa Allah Ta’ala akan bertanya kepadanya pada hari kiamat tentang syukur terhadap nikmat – nikmat ini. Apakah bersyukur atau tidak?

قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ﴾ [الإسراء: 36].

Allah Ta’ala berfirman, Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. [Al-Isra’:36]

وقال تعالى: ﴿ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ﴾ [التكاثر: 8]

Allah Ta’ala juga berfirman, Kemudian, kamu pasti benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu). [At-Takatsur: 8]

رَوَى التِّرْمِذِيُّ مِنْ حَدِيْثِ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ : “إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ – يَعْنِي الْعَبْدَ – مِنَ النَّعِيْمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ : أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ جِسْمَكَ وَنُرْوِيَكَ مِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ ؟

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah bahwa Nabi ﷺ bersabda,

”Sesungguhnya nikmat pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat dengan ditanya,”Bukankah Kami telah memberikan kesehatan pada tubuhmu dan memberimu air yang segar.?” [Hadits riwayat At-Tirmidzi no. 3358 dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam shahih At-Tirmidzi]

Penutup Pidato

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَيْهِ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Demikianlah pidato yang bisa saya sampaikan. Saya memohon ampun kepada Allah Ta’ala yang Maha Agung untuk diri saya dan anda sekalian dan seluruh kaum Muslimin. Mohonlah ampunan kepada-Nya dan bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. [i]


[i] https://www.alukah.net/sharia/0/130051/%D8%B4%D9%83%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%B9%D9%85-%D8%AE%D8%B7%D8%A8%D8%A9/ dengan sedikit perubahan.

Tinggalkan komentar