Dalam kehidupan ini, sering kali kita dihadapkan dengan keadaan atau peristiwa atau situasi yang tidak pernah kita duga sebelumnya atau kita rencanakan terlebih dahulu. Seolah kejadian itu terjadi begitu saja secara kebetulan.
Ya, istilah kebetulan ini sering kita pakai dan kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan mengulas secara singkat tentang ungkapan kebetulan dilihat dari sudut pandang aqidah dan hukum Islam
Latah mengucapkan ‘Ini sebuah kebetulan’
Masing -masing dari kita hampir bisa dipastikan pernah mengalami suatu peristiwa yang terjadi tanpa dia bayangkan, perkirakan atau rencanakan sebelumnya. Peristiwa tersebut bisa peristiwa kecil maupun besar, penting atau pun tidak.
Terkadang peristiwa yang sering kita istilahkan secara latah dengan kebetulan ini bahkan berkaitan dengan keselamatan kita. Misalnya saja seseorang sedang naik kendaraan di tengah malam melewati sebuah jalanan yang sangat sepi karena jalan itu berada di sebuah kebun pohon kayu jati yang luas.
Tiba-tiba bannya kempes karena terkena paku di jalan tersebut. Maka dengan terpaksa dia harus menuntun motornya melintasi jalan sepi dan asing. Tidak terbayang akan ketemu tukang tambal ban dalam waktu dekat.
Secara kebetulan, melintas seorang pemotor. Kemudian berhenti dan bertanya ada masalah apa. Ternyata dia seorang polisi. Lantas sang polisi membantunya mendorong motor tersebut dari belakang hingga keluar area sepi tersebut dan diantarkan sampai bertemu tukang tambal ban yang buka 24 jam.
Dalam konteks interaksi sosial di antara sesama manusia hal itu bisa diterima oleh akal sehat sebagai peristiwa yang bersifat kebetulan. Namun, apakah benar hal itu sebuah peristiwa kebetulan bila dilihat dari sudut pandang aqidah Islamiyah?
Apakah ada Kebetulan Dalam Islam?
Dalam Islam, salah satu ajaran yang telah disepakati sebagai salah satu prinsip penting dalam aqidah islamiyah adalah ajaran tentang beriman kepada takdir Allah Ta’ala. Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang terjadi tanpa ditakdirkan oleh Allah terlebih dahulu sebelumnya.
Allah mengetahui apa saja yang akan terjadi dan sudah dituliskan seluruh peristiwa yang akan terjadi hingga hari kiamat di Lauhul Mahfuzh.
Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (2653) dalam shahihnya dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, dia berkata,” Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
”Allah telah menulis takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.”
Bila demikian halnya, maka tidak mungkin ada sesuatu yang terjadi yang bersifat kebetulan atau terjadi diluar takdir dan pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelumnya.
Semua kejadian sekecil apa pun sudah tercatat di tempat yang aman dan tidak akan pernah mengalami pergantian atau pun perubahan.
Jadi, bila dilihat dari sudut pandang akidah Islamiyah, dilihat dari perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap alam raya ini beserta makhluk – makhluk yang ada di dalamnya.
Maka tidak ada istilah kebetulan untuk sebuah peristiwa dan tidak dibenarkan untuk mengatakannya.
Namun apakah demikian halnya bila dilihat dari sudut pandang perbuatan manusia yang tidak mengetahui apa yang bakal terjadi meski beberapa menit yang akan datang?
Baca juga: Pengertian Bashirah Dalam Islam
Hukum mengucapkan ‘Kebetulan’ Dalam Islam
Akhirnya muncullah sebuah pertanyaan, apakah hukumnya seorang muslim mengucapkan “Saya sedang berjalan di depan sebuah toko buku, secara kebetulan saya bertemu dengan teman masa kecil saya.”
Bagaimana hukumnya mengucapkan “kebetulan” saat menceritakan suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak di luar perkiraan dan rencananya sama sekali seperti contoh tersebut?
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid pernah ditanya dengan pertanyaan semacam ini dan beliau memberikan jawaban sebagai berikut:[i]
”Tidak ada salahnya menggunakan kata “kebetulan”, karena yang dimaksud pembicara adalah dia bertemu orang itu tanpa kesepakatan sebelumnya untuk bertemu, dan tanpa bermaksud melakukannya; Ia tidak bermaksud bahwa pertemuan ini terjadi tanpa takdir Allah ‘Azza wa Jalla.
Penggunaan kata ‘kebetulan’ telah terdapat dalam sejumlah hadits. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan Muslim (2144) dari Anas dia berkata,
فَانْطَلَقْتُ بِهِ ( يعني بعبد الله بن أبي طلحة ) إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَادَفْتُهُ وَمَعَهُ مِيسَمٌ . . . الحديث. والميسم أداة تستخدم في الكي .
Saya berangkat bersamanya (yaitu, dengan Abdullah bin Abi Talhah) untuk pergi ke Rasulullah ﷺ dan kami bertemu dengannya secara kebetulan dan Rasulullah ﷺ sedang membawa Misam …(al-hadits).
الميسم Misam adalah alat yang digunakan dalam pengobatan dengan metode Kay (yaitu dengan besi yang dipanaskan lalu ditempelkan ke tempat luka).
وروى أبو داود (142) عَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبْرَةَ قَالَ كُنْتُ وَافِدَ بَنِي الْمُنْتَفِقِ أَوْ فِي وَفْدِ بَنِي الْمُنْتَفِقِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ نُصَادِفْهُ فِي مَنْزِلِهِ وَصَادَفْنَا عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ . . . الحديث . صححه الألباني في صحيح أبي داود .
Abu Dawud (142) meriwayatkan dari Laqith bin Shabrah, dia berkata,”Saya datang di antara delegasi Bani Al-Muntafiq kepada Rasulullah ﷺ. Ketika kami datang kepada Rasulullah ﷺ , kebetulan kami tidak menemukannya di rumahnya tetapi kebetulan ‘Aisyah Ummul Mukminin ada di sana….” Hadits ini digolongkan sebagai hadits shahih oleh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud.
Dalam Fatawa Al-Lajnah ad-daimah (3/393) dinyatakan:
“ليس قول الإنسان قابلت فلاناً صدفة محرّماً أو شركاً، لأن المراد منها قابلته دون سابق وعد أو اتفاق على اللقاء مثلاً وليس في هذا المعنى حرج” اهـ .
“Ungkapan yang digunakan oleh banyak orang, “Saya bertemu fulan ini secara kebetulan” dan lain-lain, tidaklah haram dan bukan syirik, karena yang dimaksud dari ungkapan tersebut adalah bertemu dengannya tanpa ada perjanjian atau kesepakatan sebelumnya untuk bertemu, misalnya, dan tidak ada salahnya dengan arti ini.”
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya: Apa pendapat Anda tentang penggunaan ungkapan “secara kebetulan”?
Beliau rahimahullah menjawab:
Kami berpendapat tidak ada yang salah dengan ungkapan ini. Ini adalah ungkapan yang sudah dikenal dan disebutkan dalam beberapa hadits:
صادفْنا رسول الله صادفَنا رسول الله
Kami bertemu Rasulullah ﷺ secara kebetulan. Rasulullah ﷺ bertemu dengan kami secara kebetulan.
Berkenaan dengan perbuatan manusia, hal-hal bisa terjadi secara kebetulan, karena orang tidak memiliki pengetahuan tentang perkara ghaib dan sesuatu dapat terjadi tanpa dia sadari atau orang melakukan sejumlah hal yang tidak mengarah kepada sesuatu yang kebetulan tersebut atau tidak memperkirakannya.
Tetapi sehubungan dengan perbuatan Allah, tidak demikian halnya, karena segala sesuatu diketahui oleh Allah dan segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Berkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada yang terjadi secara kebetulan untuk selamanya.
Tetapi sehubungan dengan Anda dan saya, kita dapat bertemu tanpa pengaturan sebelumnya dan tanpa menyadarinya atau merencanakannya. Inilah yang disebut dengan kebetulan, dan tidak ada yang salah dengan itu. Namun berkaitan dengan perbuatan Allah, hal ini terlarang dan tidak boleh digunakan.” [Fatawa Asy-Syaikh Ibni ‘Utsaimin (3/117)] Wallahu a’lam.
Dalil Tidak Ada Kebetulan Dalam Al Quran dan Hadits
Semua peristiwa yang terjadi di dunia ini, baik yang terjadi di bumi maupun di angkasa luar dan alam semesta seluruhnya, tidak ada yang bersifat kebetulan. Dalam arti semuanya terjadi atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ketetapan-Nya.
Semuanya telah diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum persitiwa tersebut terjadi. Ini bila dilihat dari sudut pandang perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hanya saja bila dilihat dari sudut pandang perbuatan manusia yang tidak mengetahui peristiwa ghaib di masa datang, maka lazim adanya ungkapan bahwa suatu peristiwa terjadi secara kebetulan dalam arti tidak ada perencanaan atau perkiraan sebelumnya sama sekali.
Terjadi begitu saja di antara mereka, walaupun semua itu terjadi atas pengetahuan dan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tulisan berikut ini akan menjelaskan tentang dalil dari Al-Quran dan hadits tentang tidak adanya peristiwa kebetulan dari sudut pandang perbuatan Allah Ta’ala.
Ayat Tentang Tidak Ada Yang Kebetulan
Di antara ayat yang menunjukkan tidak ada peristiwa kebetulan di dunia ini bila dilihat dari sudut pandang perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai berikut:
1. Ayat alquran tentang daun jatuh Dalam Surat Al-An’am: 95
Allah Ta’ala berfirman,
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”
2. Semua Yang Terjadi Sudah Dalam Lauh Mahfudz Al-Hajj: 70
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.
3. Semua Sudah Ditakdirkan Al-Qamar: 49
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Allah menjelaskan bahwa setiap apa yang ada pada kehidupan ini telah ditakdirkan dan ditulis di Lauhul Mahfudz sejak dahulu, dan Allah memberikan kepada makhluk-Nya kewajiban yang dengannya Allah ciptakan mereka. [An-Nafahat Al-Makkiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi][ii]
Hadits Tentang Tidak Ada Yang Kebetulan
Sedangkan hadits yang menunjukkan tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan bila dilihat dari sudut pandang perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai berikut:
- Hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, dia berkata,” Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
”Allah telah menulis takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” [Hadits riwayat Muslim (2653)]
- Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma
Thawus bin Kisan Al-Yamani rahimahullah (ulama Tabi’in) berkata,
أَدْرَكْتُ نَاسًا مِن أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ يقولونَ كُلُّ شيءٍ بقَدَرٍ، قالَ: وَسَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بنَ عُمَرَ يقولُ: قالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ: كُلُّ شيءٍ بقَدَرٍ، حتَّى العجْزُ والكيْسُ, أو الكيْسُ والعجْزُ
“Aku mendapati sejumlah sahabat Rasulullah ﷺ , di antaranya Abdullah bin Umar. Dia berkata,”Segala sesuatu dengan takdir hingga (dalam hal) kelemahan dan kecerdasan atau kecerdasan dan kelemahan.”
[Hadits riwayat Muslim di dalam Shahih Muslim no. 2655]
Syaikh Alawi bin Abdul Qadir As-Saqqaf menjelaskan,”Yang dimaksud dengan sabda Rasulullah ﷺ “Segala sesuatu dengan takdir” adalah segala sesuatu tidak akan menjadi kenyataan kecuali telah didahului oleh ilmu Allah ‘Azza wa Jalla, kehendak-Nya dan takdir-Nya.
Hingga masalah “kelemahan” maksudnya adalah tidak adanya kemampuan. Ada pula ulama yang berpendapat maksud dari ‘kelemahan’ di sini adalah meninggalkan kewajiban yang mesti dikerjakan, menunda-nundanya serta mengakhirkannya dari waktunya.
Sedangkan maksud “kecerdasan” adalah rajin dan sangat cepat memahami berbagai urusan.” Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mentakdirkan kelemahan dan kecerdasan. Segala sesuatu tidak akan menjadi kenyataan kecuali hal itu telah didahului oleh ilmu dan kehendak Allah Ta’ala.[iii]
Tanya Jawab Seputar Kebetulan Dalam Islam
Ada dua pertanyaan yang perlu mendapatkan penjelasan yang memadai tentang persoalan ini:
1. Pertemuan itu takdir atau kebetulan?
Pertemuan antara satu orang atau sekelompok orang dengan yang lain, ada yang direncanakan terlebih dahulu dan ada yang tidak. Kedua jenis pertemuan tersebut semuanya terjadi atas kehendak dan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada sesuatu yang terjadi di alam raya ini tanpa terlebih dahulu diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum terjadi.
Semuanya sudah ditulis oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma dia berkata,” Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
”Allah telah menulis takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” [Hadits riwayat Muslim (2653)]
BIla dilihat dari perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka pertemuan itu bukan sesuatu yang bersifat kebetulan meskipun terjadi di luar rencana orang-orang yang bertemu.
Namun dari sudut pandang perbuatan manusia, seseorang atau sekelompok orang bisa saja bertemu tanpa direncanakan dan diperkirakan sebelumnya. Terjadi begitu saja di luar dugaan sama sekali.
Hal ini karena manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Sehingga sering terucap, ketika bertemu secara tidak sengaja, ungkapan seperti,”Kebetulan sekali kita bisa bertemu di sini”; “Kebetulan saya menemukan cincinnya yang terjatuh”, dan seterusnya.
Ungkapan semacam ini oleh para ulama dibolehkan karena bukan bentuk menafikan takdir Allah Ta’ala atau mengingkari bahwa Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala sesuatu.
2. Maksud Tidak ada yang kebetulan semua sudah diatur Allah.
Maksud dari ungkapan: tidak ada yang kebetulan, semua sudah diatur oleh Allah adalah bila dilihat dari sisi perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini bagian dari kandungan beriman kepada Qadha’ dan Qadar.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata,
أن الله علم مقادير الأشياء وأزمانها قبل إيجادها، ثم أوجد ذلك على ما سبق به علمه، فكل محدث صادر عن علمه وقدرته وإرادته
“Sesungguhnya Allah mengetahui ukuran segala sesuatu dan waktu-waktunya sebelum penciptaan semua itu. Kemudian menciptakan semua itu berdasarkan ilmu Allah Ta’ala mengenai hal tersebut. Dengan demikian, semua yang diciptakan itu bersumber dari ilmu Allah, kekuasaan-Nya dan kehendak-Nya.”[iv]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,” Berkenaan dengan perbuatan manusia, hal-hal bisa terjadi secara kebetulan, karena orang tidak memiliki pengetahuan tentang perkara ghaib dan sesuatu dapat terjadi tanpa dia sadari atau orang melakukan sejumlah hal yang tidak mengarah kepada sesuatu yang kebetulan tersebut atau tidak memperkirakannya.
Tetapi sehubungan dengan perbuatan Allah, tidak demikian halnya, karena segala sesuatu diketahui oleh Allah dan segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Berkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada yang terjadi secara kebetulan untuk selamanya.
[Fatawa Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin (3/117)]. Wallahu a’lam.
Demikian ulasan singkat tentang ungkapan ‘kebetulan’ dalam Islam. Semoga bermanfaat. Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu dari rahmat Allah semata dan bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan dari setan. Allah dan rasul-Nya berlepas diri darinya.
[ii] https://tafsirweb.com/10287-quran-surat-al-qamar-ayat-49.html
[iii] https://www.dorar.net/hadith/sharh/63724
[iv] http://iswy.co/e2c6o4
Tulisan tentang kebetulan dalam Islam ini pertama kali diunggah pada 17 April 2021 dan diupdate pada 15 September 2021
Incoming search terms:
- https://pusatjamdigital com/kebetulan-dalam-islam/ (11)
- konsep kebetulan dalam islam (1)
- tidak ada kebetulan dalam islam (1)