Iman kepada para rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah salah satu rukun dari rukun iman yang enam. Para Rasul Allah adalah manusia biasa sebagaimana yang lain.
Akan tetapi mereka diberi berbagai sifat istimewa yang menjadikan mereka memiliki kelayakan untuk menyampaikan tugas menyampaikan risalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk umat manusia.
Mereka didukung dengan berbagai mukjizat sebagai bukti terkuat bahwa mereka adalah para utusan Allah yang harus diimani dan diikuti ajaran dan tuntunan hidupnya serta ditaati semua perintahnya dan dijauhi semua larangannya.
Iman kepada para rasul memiliki banyak buah yang agung bagi kaum muslimin. Tulisan berikut ini akan membahas buah-buah iman kepara para rasul Allah dan banyak hal lain yang berhubungan dengannya.
Definisi Nabi & Rasul
Berikut ini penjelasan tentang definisi Nabi dan Rasul baik ditinjau dari segi bahasa maupun dari segi istilah syar’i:
Pengertian Nabi Secara Bahasa
النبي Nabi, dalam bahasa Arab merupakan pecahan kata dari النبأ (an-Naba’) yang berarti الخبر (Al-Khabar) ‘berita’. Allah Ta’ala berfirman,
عَمَّ يَتَسَاءلُونَ عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيم [النبأ: 1-2]
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?”. Mereka bertanya tentang berita besar (hari kebangkitan).” [An-Naba’: 1-2]
Seorang Nabi disebut sebagai Nabi karena dia adalah pemberi berita yang diberi kabar berita. Dia diberi kabar berita karena Allah memberi tahu dirinya dan memberi wahyu kepadanya.
Allah Ta’ala berfirman,
قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هَذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ [التحريم: 3]
“Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?”. Rasul menjawab, ”Yang telah memberitahuku adalah Dzat Yang Maha Tahu lagi Maha Teliti.” [At-Tahrim: 3]
Seorang Nabi itu memberi berita dari Allah Ta’ala tentang perintah-Nya dan wahyu-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ [الحجر: 49]
“Beritahulah para hamba-Ku sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hijr: 49]
وَنَبّئْهُمْ عَن ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ [الحجر: 51].
“Dan beritahulah mereka tentang tamu Ibrahim.” [Al-Hijr: 51]
Ada yang mengatakan bahwa kata النبوة an-nubuwwah ‘kenabian’ itu merupakan pecahan dari kata النَّبْوَة an-Nabwah, yaitu bagian bumi (tanah) yang meninggi.
Pengertian Nabi secara Istilah
Bangsa Arab menyebut lafazh Nabi secara umum bagi tanda penunjuk arah di atas tanah. Kesesuaian antara lafazh Nabi dan makna secara bahasa adalah bahwa Nabi itu memiliki ketinggian dan kedudukan yang agung di dunia dan akhirat.
Jadi para Nabi adalah orang yang paling mulia. Mereka adalah para figur manusia paling terkemuka yang melalui mereka umat manusia bisa mendapatkan petunjuk (tidak tersesat) sehingga dunia dan akhirat mereka menjadi baik. [Lihat: Lisanul ‘Arab: 3/561, 573; Bashairu Dzawit Tamyiz : 5/14; dan Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah: 1/ 49 dan 2/265] Sumber: Ar-Rusul war Risaalaat, karya Umar Al-Asyqar hal. 13.[i]
Pengertian Rasul Secara Bahasa
Kata الإرسال al-irsal secara bahasa berarti التوجيه at-taujih ‘arahan’ . Apabila anda mengutus seseorang untuk suatu tugas maka dia adalah rasul (utusan) anda. Allah Ta’ala mengisahkan tentang ratu Saba’ sebagai berikut:
وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ [النمل: 35 ]
“Dan sesungguhnya aku akan mengutus kepada mereka dengan membawa sebuah hadiah. Maka aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan tersebut.” [An-Naml:35]
Terkadang yang dimaksud dengan Rasul adalah orang yang meneruskan berita – berita dari orang yang mengutusnya.
Pengertian Rasul Secara Istilah
Berdasarkan hal itu, maka para rasul itu disebut sebagai rasul karena mereka itu diarahkan oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَا
“Kemudian Kami utus para rasul Kami secara berturut-turut.” [Al-Mukminun: 44]
Para rasul tersebut adalah orang-orang yang diutus dengan risalah tertentu. Mereka diberi beban tanggung jawab untuk membawa risalah tersebut, menyampaikannya dan mengikutinya. [Lihat: Lisanul ‘Arab: 2/1166-1167; Al-Mishbah Al-Munir, hal. 266]. Sumber: Ar-Rusul war Risaalat, karya Umar Al-Asyqar, hal. 13.[ii]
Perbedaan Nabi dan Rasul
Dr. Muhammad Na’im Yasin mengatakan bahwa Nabi adalah setiap orang yang diberi wahyu oleh Allah Ta’ala baik dia diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain atau tidak diperintah untuk menyampaikan kepada orang lain.
Apabila tidak diperintah untuk menyampaikan maka dia adalah seorang nabi tapi bukan seorang rasul. Namun bila dia diperintahkan untuk menyampaikan maka dia seorang Nabi dan rasul. Demikikanlah. Sesungguhnya setiap rasul adalah seorang nabi dan tidak setiap nabi adalah seorang rasul. [lihat: Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 167 dan Syarh Mula Ali Al-Qari ‘ala Al-Fiqh Al-Akbar, hal. 60][iii]
Ini merupakan pendapat jumhur Ulama (mayoritas Ulama).[iv] Sedangkan Syaikh Alawi bin Abdul Qadir As-Saqqaf dan Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar berpendapat tidak demikian. Menurut mereka perbedaan antara Nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
‘Rasul adalah orang yang diberi wahyu dengan syariat yang baru sedangkan nabi adalah orang yang diutus untuk menetapkan syariat rasul yang sebelum dirinya.’ [Tafsir Al-Alusi: 7/157] [Ar-Rusul war Risaalaat, Umar Al-Asyqar, hal. 14][v]
Baca juga: Pengertian Iman Kepada Kitab Allah
Dalil Wajibnya Beriman Kepada Seluruh Nabi & Rasul
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ -٢٨٥-
Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (al-Quran) dari Tuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” [Al-Baqarah: 285]
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi. [Al-Baqarah: 177]
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُواْ بَيْنَ اللّهِ وَرُسُلِهِ وَيقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً -١٥٠- أُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقّاً وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً مُّهِيناً -١٥١- وَالَّذِينَ آمَنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُواْ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ أُوْلَـئِكَ سَوْفَ يُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ وَكَانَ اللّهُ غَفُوراً رَّحِيماً -١٥٢-
Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain), ” serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir),
merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami Sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan di antara mereka (para rasul), kelak Allah akan Memberikan pahala kepada mereka. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. [An-Nisa’: 150-152]
Nabi & Rasul Yang Disebut Dalam Al Quran Dan Sunnah
Nabi dan rasul yang disebutkan di dalam Al-Quran berjumlah 25 orang. Mereka adalah:
- Adam
- Nuh
- Idris
- Shalih
- Ibrahim
- Hud
- Luth
- Yunus
- Ismail
- Ishaq
- Ya’qub
- Yusuf
- Ayyub
- Syu’aib
- Musa
- Harun
- Ilyasa’
- Dzulkifli
- Dawud
- Zakaria
- Sulaiman
- Ilyas
- Yahya
- Isa
- Muhammad shalawatullah wa salamuhu’alaihim ajma’in.[vi]
Sedangkan para Nabi yang disebutkan di dalam as-Sunnah namun tidak disebutkan nama mereka di dalam Al-Quran berdasarkan penjelasan Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar adalah:
- Nabi Syiits. Hal ini disebutkan di dalam hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu secara marfu’ dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam shahihnya. [Lihat: Al-Bidayah wan Nihayah: 1/99]
- Nabi Yusa’ bin Nun. Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Muslim. [Lihat Al-Bidayah wan-Nihayah: 1/323][vii]
Baca juga: Urgensi Iman Kepada Hal Ghaib
Penjelasan Makna Iman Kepada Para Rasul
Berikut ini keterangan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin tentang Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam hal iman kepada para Rasul.
Kami tuliskan secara ringkas tanpa disertai dalil-dalil yang melandasinya agar lebih ringkas. Bila menginginkan dalil-dalilnya bisa dirujuk di buku yang menjadi rujukannya di bagian endnote.
- Kita beriman bahwa Allah Ta’ala telah mengutus para rasul kepada makhluk-Nya (umat manusia)
- Kita beriman bahwa rasul yang pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad ﷺ. Rasul yang paling utama adalah Muhammad ﷺ kemudian Ibrahim kemudian Musa, kemudian Nuh kemudian Isa bin Maryam.
- Kita berkeyakinan bahwa syariat Muhammad ﷺ itu sudah mencakup keutamaan-keutamaan syariat-syariat para rasul yang telah dikhususkan dengan keutamaan.
- Kita beriman bahwa seluruh rasul itu manusia yang teah diciptakan. Mereka tidak memiliki sifat-sifat rububiyah sedikit pun.
- Kita beriman bahwa para rasul tersebut adalah para hamba Allah yang Allah muliakan dengan risalah. Allah menyebut mereka sebagai orang-orang yang berada pada tingkatan ubudiyah tertinggi dan dengan sebutan bernada pujian.
- Kita beriman bahwa Allah Ta’ala telah menutup risalah-risalah dengan risalah Muhammad ﷺ. Allah mengutus Muhammad ﷺ ke seluruh umat manusia.
- Kita beriman bahwa syariat Muhammad ﷺ adalah agama Islam yang Allah ridhai bagi para hamba-Nya dan bahwa Allah tidak menerima dari seorang pun agama selain Islam.
- Kita berpandangan bahwa orang yang pada hari ini menyatakan ada agama yang dilaksanakan dan diterima di sisi Allah selain agama Islam, apakah itu agama Yahudi atau nasrani atau selain dari keduanya, maka dia telah kafir yang perlu diminta untuk bertaubat jika mau bertaubat. Apabila tidak mau bertaubat maka dihukum mati (oleh pemerintahan Islam, pent) sebagai orang murtad karena dia telah mendustakan Al-Quran.
- Kita berpandangan bahwa siapa yang mengkafiri risalah Muhammad ﷺ kepada seluruh umat manusia maka berarti dia benar-benar telah kafir terhadap seluruh rasul hingga kepada rasul yang dia nyatakan bahwa dia beriman kepadanya dan mengikutinya.
- Kita berpandangan bahwa tidak ada nabi setelah Muhammad rasulullah ﷺ. Siapa saja yang menyatakan kenabian setelah Nabi Muhammad ﷺ atau membenarkan orang yang mengklaim kenabian tersebut maka dia kafir karena dia telah mendustakan Allah dan rasul-Nya serta ijma’ kaum Muslimin.[viii]
Baca juga: Dalil Wajibnya Iman Kepada Allah
Kaitan Iman Kepada Allah dan Kepada Rasul
Mengenai kaitan antara iman kepada Allah dan iman kepada Rasul, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar menjelaskan sebagai berikut:
“Orang-orang yang mengklaim dirinya beriman kepada Allah akan tetapi mereka kafir kepada para rasul dan kitab-kitab, mereka itu adalah orang-orang yang tidak mengagungkan Allah sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ
Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” [Al-An’am: 91]
Orang-orang yang mengagungkan Allah sesuai dengan keagungan-Nya dan mengetahui sifat-sifat Allah Ta’ala baik berupa ilmu, hikmah, dan rahmah (kasih sayang), pasti mereka akan meyakini bahwa Allah pasti mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab karena hal ini memang merupakan konsekuensi logis dari sifat-sifat Allah tersebut.
Allah tidak menciptakan makhluk secara sia-sia tanpa ada tujuan. Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدىً.
”Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” [Al-Qiyamah: 36]
Siapa saja yang kafir terhadap para rasul sementara dia mengklaim dirinya beriman kepada Allah maka dia di sisi Allah adalah orang kafir yang imannya tidak bermanfaat bagi dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقّاً
Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain), ” serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir),
Merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. [An-Nisa’: 150-151]
Ayat tersebut telah menetapkan atas kafirnya orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah dan kafir kepada para rasul.
وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ
dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
Al-Qurthubi berkata mengenai ayat ini, ”Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa membedakan antara Allah dan para rasul-Nya itu kekafiran. Hal itu merupakan kekafiran karena Allah telah mewajibkan kepada manusia agar beribadah kepada-Nya dengan apa yang telah Dia syariatkan melalui lisan para rasul.
Apabila umat manusia menentang para rasul, menolak syariat mereka dan tidak mau menerima syariat tersebut dari mereka berarti mereka menolak untuk melaksanakan penghambaan (ubudiyah) yang telah diperintahkan kepada manusia untuk melaksanakannya.
Ini merupakan penentangan kepada Sang Pencipta Yang Maha Tinggi. Dan menentang Yang Maha Pencipta adalah kekafiran karena itu berarti meninggalkan kewajiban taat dan ubudiyah. Demikian pula dengan sikap membedakan antara Allah dan para rasul-Nya.” [Tafsir Al-Qurthubi: 5/6][ix]
Sifat-Sifat Nabi & Rasul
Para rasul memiliki sifat-sifat wajib, sifat mustahil, dan Sifat yang tidak berkaitan dengan kepribadian.
Sifat Wajib Para Nabi dan Rasul
- Shidiq (jujur-benar)
- Amanah (terpercaya)
- Fathonah (cerdas)
- Tabligh (Menyampaikan Risalah)
Dalam kaitannya dengan rasul secara khusus berdasarkan madzhab jumhur ulama yang menyatakan bahwa para nabi tidak diperintahkan untuk melakukan tabligh.
Sifat Mustahil Pada Nabi dan Rasul
Sifat-sifat yang mustahil pada diri para nabi dan rasul adalah kebalikan dari sifat wajib tersebut yaitu:
- Dusta,
- Khianat,
- Baladah (dungu/tolol)
- Menyembunyikan risalah.
Sifat Jaiz Para Nabi dan Rasul
Sedangkan sifat-sifat yang jaiz atau boleh ada pada para rasul adalah semua sifat yang mungkin ada pada manusia.
Para rasul itu melakukan apa yang semua manusia lakukan seperti nikah. Serta bisa menimpa mereka apa yang menimpa manusia seperti tertimpa berbagai gejala penyakit biasa.
Pembagian semacam ini disebutkan oleh sebagian ulama aqidah. Pembagian semacam ini bisa dibenarkan karena tidak bertentangan dengan dalil naqli maupun aqli. Wallahu a’lam.[x]
Sifat Nabi dan Rasul Yang tidak berkaitan dengan kepribadian
Sedangkan sifat-sifat rasul yang tidak berkaitan dengan kepribadian adalah sebagaimana diterangkan oleh Syaikh ‘Adil Yusuf Al-‘Azzazi sebagai berikut:[xi]
- Para rasul adalah manusia.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
“Katakanlah: Aku hanyalah manusia seperti kalian.” [al-Kahfi: 110]
Namun harus diingat. Kita harus memahami dan meyakini bahwa seorang rasul itu merupakan pilihan Allah dalam sifat-sifat fisik dan akhlak yang paling sempurna. Mereka adalah orang yang paling baik nasabnya.
Oleh karenanya, para ulama menyebutkan di antara sifat mereka adalah:
- Kecerdasan yang sempurna. Mereka adalah manusia yang paling berakal dan paling kuat logikanya.
- Shidiq. Mereka adalah manusia yang paling benar ucapannya sehingga tidak akan pernah dusta selamanya.
- Amanah. Mereka adalah orang-orang kepercayaan Allah untuk menerima wahyu-Nya.
Masih banyak sifat-sifat lainnya yang menunjukkan kemuliaan kualitas bawaan mereka.
- Para rasul adalah laki-laki.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ
Dan Kami tidak Mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami Beri wahyu kepada mereka. [Al-Anbiya’: 7]
Baca juga: Hikmah & Buah Iman Kepada Hari Akhir
Keistimewaan Para Nabi & Rasul
Para rasul diberi keistimewaan khusus yang tidak diberikan kepada manusia biasa. Berikut ini beberapa keistimewaan khusus yang dimiliki para rasul dan tidak diberikan kepada manusia biasa:
- Mata mereka tertidur namun hatinya tidak tidur.
فعن أنس بن مالك رضي الله عنه في حديث الإسراء: ((والنبي نائمة عيناه، ولا ينام قلبه، وكذلك الأنبياء تنام أعينهم ولا تنام قلوبهم.رواه البخاري (3570).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dalam hadits isra’: “Nabi (Muhammad ﷺ) itu kedua matanya terpejam namun hatinya tidak tidur. Demikian pula para Nabi, mata mereka terpejam namun hati mereka tidak tidur.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (3570)]
- Para Nabi diberi pilihan ketika hendak meninggal dunia.
فعن عائشة قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ((ما من نبي يمرض إلا خُيِّر بين الدنيا والآخرة. رواه البخاري (4586).
Dari ‘Aisyah dia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ”Tidak seorang Nabi pun yang sakit (hendak meninggal) kecuali dia diberi pilihan antara dunia dan akhirat.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (4586)]
- Para nabi dimakamkan di tempat mereka meninggal dunia.
روى الإمام أحمد في مسنده بسند صحيح: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((لم يقبر نبي إلا حيث يموت .صحيح: رواه أحمد (1/ 7)، وعبدالرزاق (3/ 516)، وصححه الشيخ الألباني في صحيح الجامع (5201).
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnadnya dengan sanad shahih bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, ”Tidak seorang pun Nabi yang dimakamkan kecuali di tempat dia meninggal.” [Shahih riwayat Ahmad: 1/7, Abdurrazaq: 3/516 dan Al-Albani menshahihkannya di dalam Shahih Al-Jami’ (5201)]
- Bumi tidak memakan jasad para nabi.
إن الله حرم على الأرض أن تأكل أجساد الأنبياء. صحيح: رواه أبو داود (1531)، والنسائي (3/ 91)، وابن ماجه (1085).
”Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” [Hadits shahih riwayat Abu Dawud (1531), An-Nasa’i (3/91) dan Ibnu Majah (1085)]
- Para Nabi hidup di kubur mereka.
فعن أنس بن مالك رضي الله عنه مرفوعًا قال: ((الأنبياء أحياء في قبورهم يصلُّون) ، أبو يعلى (6/ 147)، وصححه الشيخ الألباني في السلسلة الصحيحة (621).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, dia berkata, ”Para Nabi itu hidup di kubur mereka. Mereka melaksanakan shalat.” [Hadits riwayat Abu Ya’la (6/147) dan Syaikh al-Albani menshahihkannya di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (621)]
Ini adalah kehidupan di alam Barzakh yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala bagaimana kehidupan tersebut. Kita tidak boleh membahas terlalu jauh untuk mengetahui hal tersebut dengan pendapat dan khayalan kita.
- Para nabi diberi kelebihan berupa diberi wahyu oleh Allah.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
”Katakanlah aku hanyalah manusia sebagaimana kalian yang telah diwahyukan kepadaku…” [Al-Kahfi: 110]
- Al-‘Ishmah (terpelihara dari kesalahan dalam menyampaikan risalah Allah dan terjaga dari dosa,pent)
Umat Islam telah ijma’ (bersepakat) bahwa para nabi itu ma’shum dalam mengemban risalah dan dalam menyampaikan risalah tersebut.
- Mendapat Mukjizat dari Allah
Untuk menguatkan kepercayaan umat manusia akan kebenaran para Nabi dan Rasul, Allah Ta’ala menguatkan mereka dengan berbagai mukjizat, sesuatu yang membuat siapa pun tidak akan pernah mampu untuk melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan para Nabi dan rasul.
Berikut beberapa mukjizat Allah yang diberikan kepada para nabi dan Rasul:
- Mukjizat Nabi Ibrahim adalah selamat dari api yang dia dilemparkan ke dalamnya.
- Mukjizat Nabi Shalih ‘alaihis salam adalah keluarnya unta betina untuk kaumnya dari batu.
- Mukjizat Nabi Musa: Terbelahnya laut dan munculnya sumber air dari batu ketika semua ketika dipukul dengan tongkat Nabi Musa. Bukit Thursina juga pernah diangkat di tas Bani Israel hingga mereka menerima Taurat.
- Mukjizat Nabi Isa: Menghidupkan orang mati dengan ijin Allah, menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta.
- Mukjizat Muhammad ﷺ: Al Quran al karim. Ini merupakan mukjizat terbesar yang masih ada sampai sekarang. Mukjizat lainnya adalah terbelahnya rembulan.
Selengkapnya, silahkan baca artikel tentang mukjizat.
Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Para Rasul
Menurut keterangan Dr. Muhammad Na’im Yasin, kewajiban seorang muslim terhadap para rasul adalah:
- Membenarkan para rasul Allah seluruhnya setelah beriman kepada mereka dan kepada risalah mereka dan tidak membeda-bedakan di antara para rasul Allah.
- Beriman bahwa setiap rasul yang diutus oleh Allah itu telah menunaikan amanatnya, menyampaikan risalah-Nya secara sempurna dan telah menjelaskannya dengan penjelasan yang gamblang, menyeluruh dan memadai.
- Mentaati mereka dan tidak menyelisihi mereka karena hal itu termasuk ketaatan kepada Allah.
- Meyakini bahwa mereka itu adalah makhluk yang paling sempurna ilmunya, amalnya, akhlaknya dan jujurnya. Allah Ta’ala memberi mereka berbagai keutamaan yang tidak diberikan kepada manusia lainnya. Allah menjaga mereka dan mensucikan mereka dari dusta,khianat dan menyembunyikan ilmu, tidak serius dalam menyampaikan risalah, dari dosa-dosa besar dan kecil.
Terkadang sebagian dari mereka terjerumus dalam pelanggaran dan kesalahan kecil dibandingkan dengan kedudukan mereka yang tinggi. Misalnya, Adam ‘alaihis salam memakan buah dari pohon di surga karena lupa. Namun mereka tidak terus menerus melakukannya dan segera bertaubat.
- Meyakini bahwa semua rasul itu lelaki dan manusia biasa.
- Beriman bahwa Allah Ta’ala mendukung para rasul dengan berbagai mukjizat yang sangat besar serta bukti-bukti nyata atas kebenaran ajaran yang mereka bawa itu berasal dari Allah Ta’ala.[xii]
Baca juga: Hikmah Beriman Kepada Malaikat
Hikmah & Buah Iman Kepada Rasul
Menurut Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Qushayyir, buah-buah beriman kepada para rasul adalah sebagai berikut:[xiii]
- Mengetahui rahmat Allah Ta’ala dan perhatian-Nya kepada para hamba-Nya dengan mengutus para rasul untuk menyeru mereka agar beribadah kepada Allah Ta’ala dan mengenalkan kepada mereka tata cara beribadah tersebut.
- Bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat diutusnya para rasul untuk menunjuki umat manusia kepada ibadah kepada Allah Ta’ala yang merupakan sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat.
- Beramal untuk Allah Ta’ala berdasarkan bashirah, sebagai bentuk pengamalan kitab yang diturunkan dan mengikuti Nabi yang diutus.
- Mencintai para rasul Allah ‘alaihimush shalatu was salam karena mengetahui kecintaan Allah Ta’ala kepada mereka dan Allah memilih mereka kepada risalah-Nya karena di dalam risalah Allah tersebut ada tuntunan untuk mengikuti kebenaran, kasih sayang dan nasehat untuk umat manusia.
- Mengikuti mereka dalam berdakwah kepada Allah Ta’ala dalam hal bagusnya penjelasan, besarnya rasa santun mereka, sempurnanya kesabaran mereka terhadap sikap buruk kaumnya dan nasehat para rasul tersebut kepada mereka di segala keadaan.
- Yakin bahwa akhir yang baik itu bagi orang bertakwa, pahala yang besar itu bagi orang yang bersabar dan berbuat baik.
- Berbahagia karena Allah Ta’ala telah mengkhususkan umat ini dengan rasul-Nya yang paling mulia, penutup para rasul dan pemimpin mereka. Allah telah memberi petunjuk seorang Muslim untuk masuk ke dalam agama-Nya di atas syariat-Nya sehingga hal itu menjadikan mereka sebagai umat terbaik yang pernah ditampilkan kepada umat manusia.
Baca juga: Makna Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar
Tanya Jawab Seputar Para Nabi dan Rasul
Sebagian orang bertanya-tanya, adakah informasi yang pasti mengenai jumlah para nabi dan rasul. Ada riwayat yang shahih yang menjelaskan tentang jumlah para nabi dan rasul.
Berapa jumlah Nabi dan Rasul?
Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan,’Hikmah Allah Ta’ala terhadap umat-umat sebelum kita menghendaki agar Dia mengutus pada setiap umat seorang pemberi peringatan. Allah tidak mengutus seorang rasul untuk umat manusia secara keseluruhan kecuali Muhammad ﷺ .
Keadilan Allah menghendaki agar Dia tidak akan menyiksa seorang pun di antara makhluk-Nya, kecuali setelah tegak hujjah kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
“Kami tidak akan memberi siksaan, sampai Kami mengutus seorang rasul.” [ Al-Isra: 15]
Dari sini, jumlah para nabi dan rasul dalam sejarah umat manusia sangatlah besar.
Allah berfirman:
وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ
“Tidak ada satu pun umat, melainkan di lingkungan mereka telah ada sang pemberi peringatan.” [Fathir: 24]
Rasulullah ﷺ telah memberitahu kita tentang jumlah para nabi dan rasul. Dari Abu Dzar dia berkata, ”Aku berkata,’Wahai Rasulullah, berapakah jumlah rasul?” Beliau menjawab:
ثلاثمائة وبضعة عشر جمّاً غفيرا
“Sekitar tiga ratus sekian belas orang. Banyak sekali.”
Dalam riwayat Abu Umamah, Abu Dzar berkata, ” Wahai Rasulullah! Berapakah tepatnya jumlah para nabi ? ” Beliau menjawab, ”
مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا
“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” Hadits riwayat Ahmad di dalam Musnadnya. [Misykatul Mashabih 3/122. Muhaqqiq Al-Misykah, Syaikh Nashirudin Al-Albani mengatakan,’Isnadnya shahih.’][xiv]
Demikian pembahasan tentang Iman kepada para rasul Allah Ta’ala dan buah-buah dari iman tersebut. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu karena rahmat Allah semata.
Dan bila ada kesalahan serta kekeliruan di dalamnya maka itu dari kami dan dari setan. Semoga Allah Ta’ala berkenan mengampuni semua kesalahan kami.
[i] https://www.dorar.net/aqadia/1899/
[ii] https://www.dorar.net/aqadia/1901/
[iii] Al-Iman, Dr. Muhammad Na’im Yasin, Daru Umar Ibnil Khathab, Al-Iskandariyah, hal. 29.
[iv] https://www.islamweb.net/ar/fatwa/35386/
[v] https://www.dorar.net/aqadia/1903/
[vi] Al-Iman, Dr. Muhammad Na’im Yasin, hal. 29.
[vii] Ar-Rusul war Risaalat, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Darun Nafaais, Kuwait, cetakan kempat, 1410 H / 1989 M, hal. 21. Secara ringkas.
[viii] ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, cetakan keempat, 1422 H, hal. 26-29 secara ringkas.
[ix]Ar-Rusul war Risaalat, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Darun Nafaais, Kuwait, cetakan kempat, 1410 H / 1989 M, hal. 16
[x] https://www.islamweb.net/ar/fatwa
[xi] https://www.alukah.net/sharia/0/97884/ dengan diringkas.
[xii] Al-Iman, Dr. Muhammad Na’im Yasin, hal 30-32 dengan ringkas.
[xii] https://www.alukah.net/web/alqseer/0/112232/
[xiv] Ar-Rusul war Risaalat, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Darun Nafaais, Kuwait, cetakan kempat, 1410 H / 1989 M, hal. 17.
Incoming search terms:
- https://pusatjamdigital com/rukun-iman/iman-kepada-rasul/ (4)
- 4 dalil naqli iman kepada rasulallah (1)
- beriman kepada rasul (1)
- iman kepada rasul (1)
- pengertian iman kepada rasul jurnal (1)