Iman Kepada Allah adalah urutan Rukun iman yang pertama. Iman kepada Allah memiliki posisi fundamantal dalam rangkaian rukun Iman dalam agama Islam.
Iman kepada Allah Ta’ala membuahkan begitu banyak hal mulia dan hasil – hasil yang agung dalam kehidupan umat manusia. Semua itu bisa dirasakan langsung oleh seorang mukmin di dunia ini dan di akhirat nanti.
Pengertian Iman kepada Allah
Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Qushayyir menjelaskan pengertian iman kepada Allah sebagai berikut:
هو: التصديق التامُّ والاعتقاد الجازم بوجوده تعالى وما يجب له سبحانه.
“yaitu pembenaran yang sempurna dan keyakinan yang bersifat mutlak terhadap wujud Allah Ta’ala dan apa saja yang wajib bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. (sumber: https://www.alukah.net/)
Makna Iman Kepada Allah
Dr. Taisir At-Tamimi, seorang ulama Palestina terkemuka menjelaskan makna iman kepada Allah sebagai berikut:
“Iman kepada Allah maksudnya adalah pembenaran yang sempurna dan keyakinan yang pasti nan kokoh yang tidak tercampuri keraguan sedikit pun kepada adanya Allah dan rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan kepada keesaan Allah, yaitu Allah-lah satu-satunya tempat bergantung , tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah-Nya atau dalam uluhiyah-Nya atau dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya.”[i]
Sedangkan Dr.Muhammad Na’im Yasin mengatakan bahwa iman kepada Allah ‘Azza wa Jalla maknanya adalah keyakinan yang bersifat mutlak bahwa Allah itu Rabb segala sesuatu dan rajanya dan penciptanya.
Allah-lah satu-satunya yang berhak untuk diesakan dengan ibadah baik itu berupa shalat, puasa, doa, harap, rasa takut, kehinaan dan ketundukan dan bahwa Allah itu memiliki sifat-sifat yang sempurna dan suci dari segala kekurangan.
Jadi iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala itu meliputi mentauhidkan Allah dalam tiga perkara yaitu di dalam rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
Sedangkan makna dari mentauhidkan Allah dalam ketiga perkara tersebut berarti meyakini keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal rububiyah, uluhiyah dan sifat-sifat kesempurnaan serta nama-nama yang agung.
Seorang hamba tidak akan menjadi seorang yang beriman kepada Allah hingga dia meyakini bahwa Allah itu Rabb segala sesuatu dan tiada Rabb selain Allah.
Bahwa Allah itu adalah ilah (yang berhak diibadahi) oleh segala sesuatu dan tidak ada selain Allah yang berhak untuk diibadahi, dan bahwa Allah itu sempurna dalam sifat-sifat dan nama-nama-Nya dan tidak ada kesempurnaan pada selain Allah.
Sumbar: al-Iman, Dr. Muhammad Na’im Yasin, hal. 4.
Baca juga: Dalil Wajibnya Beriman Kepada Nabi & Rasul
Dalil Wajibnya Iman Kepada Allah
Dalil-dalil tentang wajibnya iman kepada Allah adalah sebagai berikut:
Dalil Dalam Al Qur’an
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [An Nisa’: 136]
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. [Al-A’raf: 158]
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. [Al-Hujurat: 15]
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَٰئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ ۖ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. [Al-Hadid: 19]
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul (Muhammad ﷺ ) telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. [Al-Baqarah: 285]
Dalil dalam Hadits
Untuk dalil-dalil dari hadits kami sampaikan dua buah hadits yaitu:[ii]
- Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: «وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah ﷺ bahwasanya beliau bersabda,”Demi Yang jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, tidak seorang pun dari umat ini baik dia Yahudi atau Nasrani yang mendengar tentang diriku kemudian meninggal dunia dan belum beriman dengan ajaran yang aku di utus dengannya kecuali dia termasuk penghuni neraka.” [Hadits riwayat Muslim]
- Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu.
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ». مُتْفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” [Muttafaq ‘alaih, Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim]
Baca juga: Hikmah Beriman Kepada Malaikat
Kedudukan Iman Kepada Allah
Syaikh Dr. Taisir At-Tamimi mengatakan bahwa iman kepada Allah merupakan rukun pertama dari rukun iman. Bahkan iman kepada Allah merupakan rukun yang paling agung dibanding yang lain. Rukun iman yang lain merupakan cabang dari rukun iman kepada Allah.
Iman kepada Allah merupakan tujuan terpenting dari penciptaan makhluk dan diutusnya para rasul. Iman kepada Allah merupakan asas segala kebaikan dan sumber semua hidayah.
Siapa saja yang mencermati dakwah para rasul dalam al-Quran Al-Karim akan mendapati bahwa setiap rasul memulai dakwahnya dengan iman kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [An Nisa’: 136][iii]
Baca juga: Contoh Pengalaman Iman Kepada Hari Akhir
Ruang Lingkup Iman Kepada Allah
Ruang lingkup atau cakupan dari iman kepada Allah menurut Syaikh Turki bin Ibrahim Al-Khunaizan meliputi empat hal, yaitu:[iv]
1. Beriman kepada Wujud Allah Ta’ala.
Akal dan fitrah telah menunjukkan akan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala ditambah lagi dengan dalil syar’i yang begitu banyak.
Setiap makhluk telah ditetapkan fithrahnya di atas iman kepada penciptanya tanpa ada pemikiran dan pengajaran terlebih dahulu.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi ﷺ,
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ»؛ [متفق عليه]
”Tidak seorang pun bayi yang dilahirkan kecuali dia terlahir di atas fithrah (tauhid). Maka, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” [Muttafaq ‘alahi. Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim]
Mengenai dalil aqli (logika akal sehat) tentang adanya Allah Ta’ala itu sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“Apakah mereka telah diciptakan tanpa sesuatu pun (yaitu tanpa adanya pencipta) ataukah mereka itulah yang telah menciptakan (diri mereka sendiri).” [Ath-Thur: 35]
Maksudnya, semua makhluk ini tidak tercipta secara serta merta tanpa adanya pencipta. Demikian pula, seluruh makhluk tersebut bukan menciptakan diri mereka sendiri. Sehingga tidak tersisa kecuali keyakinan bahwa semua makhluk tersebut diciptakan dengan takdir dari al-Aziz Yang Maha Perkasa, Al-‘Alim lagi Maha Mengetahui Subhanahu wa Ta’ala.
2. Iman kepada Rububiyah Allah Ta’ala
Yaitu kita beriman bahwa Allah ‘Azza wa Jalla itulah satu-satunya Rabb yang telah menciptakan segala sesuatu, raja segala sesuatu, pengurus segala urusan, seperti rezeki, kehidupan, kematian, turunnya hujan dan seterusnya.
Allah Ta’ala berfirman:
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ الله رَبُّ الْعَالَمِينَ
Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam. [Al-A’raf: 54]
Baca juga: Makna Iman Kepada Hal Ghaib
3. Iman kepada Uluhiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala
Maksudnya adalah kita beribadah hanya kepada Allah semata. Kita tidak boleh mengarahkan satu bentuk ibadah pun kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita berlepas diri dari apa saja yang diibadahi selain Allah ‘Azza wa Jalla. Inilah tuntutan dari syahadat لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ ‘Laa ilaaha illallah.
Ibadah yang wajib ditujukan kepada Allah semata meliputi apa saja yang dicintai oleh Allah dan diridhai-Nya baik berupa perkataan dan perbuatan yang zhahir (terlihat) maupun yang batin (tidak terlihat).
Hal itu mencakup shalat, doa, menyembelih binatang, nadzar, memohon pertolongan dan perlindungan, takut, harap dan lain-lain. Tauhid uluhiyah disebut juga dengan tauhid ibadah. Tauhid uluhiyah merupakan inti seluruh risalah dari langit.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا الله وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) hendaklah kalian beribadah kepada Allah dan jauhilah thaghut. [An-Nahl: 36]
Syaikh Muhammad bi ‘Abdul Wahhab berkata, ”Thaghut itu banyak. Pentolan-pentolannya ada lima: Iblis semoga Allah melaknatnya, siapa saja yang diibadahi dan dia ridha, siapa saja yang menyeru manusia agar beribadah kepada dirinya, siapa saja yang menyatakan mengetahui sesuatu dari ilmu ghaib, dan siapa saja yang memutuskan hukum dengan selain apa yang Allah turunkan.” [Tsalatsatul Ushul wa Adilatuha, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab].
4. Iman dengan Nama-NamaNya yang baik dan Sifat-SifatNya yang tinggi.
Maksudnya adalah kita beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan untuk diri-Nya sendiri dan yang telah Nabi ﷺ tetapkan untuk Allah, yang layak untuk Allah Azza wa Jalla tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil.
Tahrif adalah memalingkan lafazh dari makna yang ditunjukkan oleh lafazh tersebut tanpa ada dalil yang mendasarinya. Ta’thil adalah menghilangkan atau meniadakan sifat atau nama Allah.
Takyif adalah keyakinan bahwa sifat-sifat Allah itu berada pada suatu kondisi tertentu sebagaimana yang dikhayalkan oleh akal manusia. Sedangkan tamtsil adalah keyakinan adanya keserupaan suatu sifat dari sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk.
Allah Ta’ala berfirman,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. [Asy-Syura : 11]
Firman Allah لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ‘Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia ‘ ini meniadakan tamtsil dan takyif sedangkan firman Allah: وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ‘Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat ‘ ini meniadakan tahrif dan ta’thil.
Baca juga: Hikmah Iman Kepada Kitab Allah
Hikmah & Buah Iman Kepada Allah
Syaikh Abdullah bin Shalih Al- Qushayyir menjelaskan buah-buah iman kepada Allah di antaranya adalah sebagai berikut:[v]
- Mengetahui keagungan Allah Ta’ala dan kebesaran-Nya, keindahan dan kelembutan-Nya serta kemuliaan kekuasaan-Nya. Hal itu ditunjukkan oleh nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya,perbuatan-Nya dan anugerah-Nya.
Pengetahuan tersebut memenuhi hati dengan tauhid dan iman, membawa anggota badan dan indera kepada ketundukkan kepada Allah Ta’ala dan kepatuhan kepada-Nya dengan harap dan cemas, rasa cinta dan pengagungan.
- Memuji Allah Ta’ala dengan nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang indah dan agung. Melantunkan dzikir di segala keadaan dengan mengharap pahala-Nya. Hal ini merupakan salah satu sebab terbesar baiknya hati dan kebersihannya, kesucian jiwa dan kejernihannya serta cahaya bashirah dan petunjuknya.
- Berdoa kepada Allah Ta’ala dengan nama-nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi sesuai kebutuhan dan keadaan, dengan penuh harap dan kepercayaan tercapainya kebaikan dan perlindungan dari kejahatan dan para pelakunya serta merasa cukup dengan Allah tanpa merasa butuh kepada makhluk serta merasa tenang dan sangat butuh kepada-Nya.
Doa merupakan sebab terbesar diperolehnya berbagai kenikmatan, dijauhkan dari bencana, dijaga dari qadha’ yang buruk, ditolong atas musuh dan bertambahnya iman dan petunjuk.
- Bertawakal dengan benar kepada Allah, menyerahkan semua urusan kepada-Nya, bersandar kepada-Nya, percaya kepada-Nya dan membebaskan diri dari ketergantungan kepada selain-Nya.
- Aktifnya kemauan dan kekuatan dalam bersegera kepada kebaikan, berlomba dalam amal-amal shalih, menjauhi kesalahan, bersegera bertaubat dari segala kekhilafan. Semakin kuat iman seorang hamba kepada Allah dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya, semakin kuat pula bagian seorang hamba dari perkara-perkara ini.
- Membenarkan berita-berita dari Allah, pasrah kepada hukum-hukum-Nya, mengakui kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya dan kasih-sayang-Nya. Meyakini bahwa semua itu adalah benar dan haq serta memiliki hikmah yang agung dan tujuan-tujuan yang tinggi.
- Pasrah kepada pengaturan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap kerajaan-Nya, dan perlakuan-Nya kepada makhluk-Nya dan ketetapan-Nya kepada hamba-Nya. Meyakini bahwa semua itu berdasarkan ilmu yang sempurna, kekuasaan yang sangat besar dan hikmah yang sangat tinggi.
Meyakini bahwa semua itu berkisar antara keutamaan dan keadilan. Maka, apabila Allah telah menetapkan satu perkara maka Dia berkata kepadanya: jadilah, maka terjadilah. Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia lakukan namun justru para hamba itulah yang akan ditanya.
Baca juga: Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadar
- Terwujudnya keamanan dan hidayah bagi seorang mukmin di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
[Al-An’am: 82]
- Berhasil mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat serta pahala yang baik.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami Berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami Beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [An-Nahl: 97]
- Kemenangan yang nyata atas musuh-musuh dari kalangan orang-orang kafir dan munafik serta siapa saja yang memusuhi.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ.
Sesungguhnya Kami akan Menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat). [Al-Mukmin: 51]
- Berkuasa di muka bumi dan agama Islam menjadi kokoh kuat.
Allah Ta’ala berfirman,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Allah telah Menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan Menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah Menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan Meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia Ridhai.
Dan Dia benar-benar Mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. [An-Nur: 55]
- Kesatuan kata dan barisan serta saling menolong dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang dituntut secara syar’i. Hal itu akan mewujudkan kejayaan kaum Muslimin dan kemuliaan mereka karena kesatuan aqidahnya dan benarnya aqidah tersebut.
Sesungguhnya tidak ada yang menyatukan manusia secara total dan sempurna kecuali aqidah yang benar yang dipegang teguh oleh seluruh manusia.
Sedangkan kelemahan berpegang kepada aqidah yang benar atau kesesatan dalam aqidah merupakan salah satu sebab perselisihan, perpecahan, pertikaian dan fanatik kepada selain kebenaran.
- Hati dipenuhi rasa takut kepada Allah, dan dihiasi dengan takwa kepada Allah.
Sesungguhnya siapa saja yang mengenal Allah dengan sebenar-benar ma’rifah dan merasakan keagungan-Nya dan kebesaran-Nya, mengingat keindahan-Nya dan kesempurnaan-Nya, hatinya akan dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah hamba-hamba-Nya yang berilmu (para ulama). [Fathir: 28]
- Ketaatan mutlak kepada Allah Ta’ala dan ketundukan secara sukarela terhadap hukum-hukum-Nya yang syar’i.
Seorang mukmin tidak akan memilih kecuali apa yang Allah dan Rasul-Nya ﷺ pilih untuk dirinya. Dia tidak akan berhukum kepada selain kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya ﷺ.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka hanya akan berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang- orang yang beruntung.
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. [An-Nur: 51-52]
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang Mukmin dan perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata. [Al-Ahzab: 36]
- Berbuat baik kepada sesama manusia, bersikap kasih sayang kepada mereka, memaafkan mereka, berlapang dada kepada mereka. Sangat berharap agar orang-orang semacam itu mendapatkan rahmat dari Allah.
Orang-orang yang suka mengasihi orang lain akan dirahmati oleh Allah. Siapa yang suka memaafkan akan dimaafkan oleh Allah. Siapa yang suka mengampuni kesalahan orang lain maka Allah akan mengampuninya.
Demikianlah pembahasan tentang 15 buah iman kepada Allah sesuai penjelasan Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Qushayyir.
Ditambah beberapa pembahasan tentang persoalan iman yaitu tentang pengertian iman kepada Allah, dalil-dalilnya, dan ruang lingkupnya.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Apabila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu dari rahmat Allah semata. Namun, bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan dari setan. Semoga Allah berkenan memaafkan semua kesalahan kami.
[ii] https://www.alukah.net/sharia/0/130768/
[iii] https://www.alkhaleej.ae/
[iv] https://www.alukah.net/sharia/0/137565/
[v] https://www.alukah.net/sharia/0/102714/
Incoming search terms:
- https://pusatjamdigital com/rukun-iman/iman-kepada-allah/ (10)
- siapa syaikh abdullah bin shalih al qasayyir (2)
- arti iman kepada Allah menurut ulama (1)
- definisi iman kepada Allah (1)
- Iman kepada Allah (1)
- makna beriman kepada allah (1)