Perang Uhud merupakan salah satu ghazwah dalam Islam yang memiliki begitu banyak kandungan pelajaran di dalamnya. Para ulama telah menulis berjilid-jilid buku tentang berbagai nasehat dan kandungan pelajaran dari perang Uhud ini.
Tulisan ini hendak mengulas secara ringkas sejumlah pelajaran penting dari perang Uhud.
Sebab Penamaan Perang Uhud
Sebab perang ini dinamakan dengan Perang Uhud adalah karena lokasi tempat terjadinya perang itu adalah di area sekitar Gunung Uhud.
Dr. Akram Dhiya’ Al- Umari mengatakan, “Perang ini dikenal dengan menggunakan nama sebuah gunung tempat kejadian peristiwa. Gunung Uhud terletak di sebelah utara kota Madinah. Dahulu tingginya 128 meter, tetapi sekarang sudah menurun hanya tinggal 121 meter saja disebabkan oleh faktor-faktor alam.
Dari Masjid Nabawi berjarak 5,5 kilometer dimulai dari pintu Al-Majidi, salah satu nama pintu yang terletak di masjid tersebut. Gunung Uhud terdiri dari tumpukan batu-batu granit berwarna merah, dan memiliki beberapa puncak.
Di sebelah selatan terdapat sebuah gunung kecil bernama Gunung ‘Ainaini, dan setelah peristiwa Perang Uhud dikenal dengan nama Gunung Rammat. Di antara kedua gunung tersebut terbentang sebuah lembah yang dikenal dengan nama Lembah Qannal.[i]
Sebab Perang Uhud
Perang Uhud terjadi akibat serangan yang dilancarkan oleh orang-orang kafir Quraisy ke Madinah, hanya dalam tenggang waktu satu tahun beberapa bulan setelah Perang Badar.
Sebab-sebab orang Kafir Quraisy melancarkan perang ini adalah:
- Untuk membalas dendam atas kematian pasukan kafir Quraisy yang tewas dalam Perang Badar,
- Untuk mengamankan jalur perdagangan ke Suriah (Negeri Syam) dari ancaman kaum Muslimin,
- Untuk mengembalikan pamor atau kedudukan mereka di mata orang-orang Arab setelah mereka dihancurkan dalam peristiwa Perang Badar.[ii]
Ringkasan Perang Uhud
Abu Sufyan membawa pasukan kafir Quraisy beserta para istri mereka dengan jumlah total 3000 orang mendatangi Madinah.
Ia berhenti di sebuah tempat bernama ‘Ainain di dekat gunung Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan Syawwal tahun ketiga hijriyah.
Setalah mendengar pergerakan ini Rasulullah ﷺ bermusyawarah dengan para sahabat. Rasulullah ﷺ dan mayoritas shahabat berpandangan sebaiknya mereka tetap berada di Madinah dan membangun pertahanan dari serangan musuh.
Namun ada sebagian dari sahabat mendesak agar mereka keluar saja dari Madinah dan menghadapi mereka di luar kota Madinah.
Akhirnya Rasulullah ﷺ mengikuti kemauan mereka dan langsung masuk ke rumah dan keluar dalam keadaan sudah lengkap dengan pakaian dan perlengkapan perang.
Sebagian kecil sahabat yang menekankan pendapatnya tadi merasa menyesal dan meminta Rasulullah untuk mengambil pendapat yang beliau kehendaki saja.
Namun Rasulullah ﷺ dengan tegas bersabda, “Pantang bagi seorang Nabi yang telah menyandang senjata untuk menanggalkannya kembali, sampai Allah memutuskan antara ia dengan musuhnya.”
Rasulullah ﷺ berangkat dengan membawa seribu orang pasukan. Beliau menugaskan Ibnu Ummi Maktum untuk menjaga kota Madinah dan menjadi imam shalat bagi orang-orang yang tinggal di Madinah.
Rasulullah ﷺ berangkat pada hari Jum’at. Ketika tiba di Syauth, yaitu sebuah daerah yang terletak antara Madinah dan gunung Uhud, tanpa disangka-sangka Abdullah bin Ubai memutuskan untuk pulang dengan sepertiga jumlah pasukan.
Rasulullah ﷺ dan pasukannya terus bergerak lalu berhenti untuk beristirahat di dekat gunung Uhud. Tepatnya di daerah Udwat Al-Wadi.
Pada sabtu pagi, peperangan sudah hampir dimulai. Pasukan beliau sebanyak tujuh ratus personal, dan lima puluh di antaranya pasukan berkuda.
Beliau menunjuk Abdullah bin Jubair sebagai komandan pasukan pemanah yang berjumlah lima puluh personal. Beliau menyuruh Abdullah bin Jubair serta anak buahnya untuk tetap berada dalam posisi mereka, dan dilarang meninggalkannya dengan alasan apa pun.
Sementara itu, pasukan kafir Quraisy juga telah bersiap-siap untuk berperang. Mereka berjumlah tiga ribu personal, dan di antara mereka terdapat dua ratus pasukan berkuda.
Mereka menunjuk Khalid bin Al-Walid sebagai komandan pasukan sayap kanan, dan sebagai komandan pasukan sayap kiri mereka menunjuk Ikrimah bin Abu Jahal.
Pada awalnya kaum pasukan kaum muslimin berhasil menguasai pasukan orang-orang kafir, sehingga posisi musuh-musuh Allah itu terdesak. Mereka lari tunggang langgang, sehingga dengan leluasa pasukan kaum muslimin berhasil mengalahkan mereka.
Menyaksikan pasukan musuh kocar kacir tidak karuan, tiba-tiba pasukan pemanah kaum muslimin meninggalkan posisi mereka yang telah dipesankan oleh Rasulullah ﷺ agar jangan ditinggalkan.
Salah seorang dari mereka mengatakan, “Mari kita ikut mendapatkan ghanimah itu!” Sebenarnya mereka sudah diperingatkan oleh Abdullah bin Jubair, namun mereka tidak mau mendengarnya.
Mereka tetap meninggalkan markasnya tersebut demi ikut mendapatkan ghanimah, dan membiarkan tempat yang sangat strategis itu kosong.
Sementara itu pasukan berkuda kaum musyrik yang sedang melakukan pengintaian dan mendapati tempat tersebut kosong karena sudah ditinggalkan oleh para pasukan pemanah pihak musuh, segera merebut dan mengambil alih posisi.
Akibatnya, mereka berbalik dapat menguasai keadaan. Giliran mereka yang berhasil mengepung pasukan kaum muslimin. Ada tujuh puluh orang dari mereka yang gugur syahid.
Pasukan kaum musyrik terus mengincar Rasulullah ﷺ , dan berhasil melukai wajah beliau. Mereka iuga memecahkan gigi depan beliau sebelah kanan bagian bawah.
Mereka bahkan sanggup membikin memar bagian kepala beliau. Dan mereka terus menghujani beliau dengan batu, sehingga untuk menghindari serangan yang bertubi-tubi ini beliau harus memiringkan tubuhnya.
Bahkan beliau sempat terperosok ke dalam sebuah parit yang sengaia dibikin untuk menjebak pasukan kaum muslimin.
Orang-orang musyrik sempat melemparkan isu di tengah medan perang bahwa Muhammad telah terbunuh. Penyebaran informasi palsu ini sempat meruntuhkan moral tempur sebagian sahabat Nabi ﷺ namun pada akhirnya mereka berhasil sadar kembali.
Rasulullah ﷺ berhasil diamankan oleh sejumlah shahabat yang berjibaku untuk melindungi beliau dan membawanya ke tempat yang aman. Jumlah sahabat yang gugur dalam melindungi beliau di saat paling kritis tersebut dalam riwayat Imam Muslim ada tujuh orang. [iii]
Strategi Perang Uhud
Dalam perang Uhud, setelah pasukan kaum Muslimin tiba di Asy-Syaikhain, mereka membuat markas. Pasukan Islam bergerak ke medan Uhud. Mereka mengambil posisi yang cukup strategis. Atas instruksi Rasulullah ﷺ, mereka membelakangi Gunung Uhud dan menghadap ke arah Madinah.
Ada 50 pasukan pemanah yang dipimpin Abdullah bin Jubair ditempatkan di puncak Gunung ‘Ainain yang berhadapan dengan Gunung Uhud untuk melindungi kaum Muslimin dari serangan mendadak pasukan musyrikin.
Beliau menekankan mereka agar tetap disiplin menjaga tempat yang sangat strategis tersebut.
Beliau besabda, “Sekalipun kalian melihat kami disambar burung, jangan sekali-kali meninggalkan tempat kalian ini. Dan sekalipun kalian melihat hami dapat mengalahkan musuh, juga jangan pernah kalian tinggalkan tempat kalian ini.” [Shahih Al-Bukhari, Fathul Bari 6/152]
Dengan demikian pasukan kaum Muslimin menguasai posisi-posisi atas dan membiarkan pasukan Quraisy berada di lembah dengan posisi menghadap ke Gunung Uhud dan membelakangi Madinah.[iv]
Inilah strategi penempatan pasukan yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ . Pada awalnya pertempuran berjalan sebagaimana yang direncanakan oleh Rasulullah ﷺ . Dan terbukti, strategi yang yang dijalankan Rasulullah ﷺ berhasil membuat musuh terpukul mundur dan kabur ke belakang.
Namun, jalannya pertempuran berubah setelah musuh mengetahui sebagian besar pasukan pemanah yang berjaga di depan gunung Uhud sudah meninggalkan posnya.
Mereka melakukan manuver dan berhasil menyerang kaum muslimin dari garis belakang pertahanan mereka sehingga mengakibatkan banyak korban yang berjatuhan dari kaum Muslimin.
Baca juga: Pelajaran Penting Perang Khandaq
Hikmah Perang Uhud
Ada banyak kandungan hikmah dari peristiwa perang Uhud. Salah satu ulama yang cukup detail membahas hikmah-hikmah yang terdapat dalam perang Uhud adalah Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tentang peristiwa perang Uhud, AIIah Subhanahu wa Ta’ala memberi isyarat beberapa hal yang prinsip dan mendasar dalam surat Ali Imran. Allah membuka kisahnya dengan firman-Nya,
وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” [Ali Imran: 121] sampai enam puluh ayat berikutnya.
Di antara hal-hal yang prinsip tersebut ialah:
1. Mengingatkan Kaum Muslimin akibat tindakan durhaka & berselisih
Untuk mengingatkan kaum muslimin betapa buruk akibat dari tindakan durhaka, dan berselisih. Sebenarnya bencana yang menimpa mereka adalah akibat dari hal itu, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 152.
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ ۚ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۖ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai.
Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.
Ketika sudah merasakan akibat dari tindakan mereka yang berani mendurhakai perintah Rasul, berselisih lalu merasakan kegagalan, maka setelah itu mereka meniadi sangat waspada, mawas diri, dan berhati-hati iangan sampai melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan kehinaan.
Baca juga: Pelajaran Perang Bani Nadhir
2. Hikmah dan sunnah-sunnah Allah pada rasul-rasul-Nya dan para pengikut mereka, berlaku pasang surut.
Sesungguhnya hikmah dan sunnah-sunnah Allah pada rasul-rasul-Nya dan para pengikut mereka, berlaku pasang surut. Terkadang kemenangan yang memihak mereka, dan terkadang pula kekalahan menimpa mereka. Tetapi akibat yang baik selalu ada pada mereka.
Sebab kalau mereka senantiasa berjaya, maka akan masuk bersama mereka orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman. Semuanya bercampur menjadi satu. Akibatnya, tidak bisa dibedakan mana orang yang jujur dan mana orang yang tidak jujur.
Kalau rasul harus selalu diberi pertolongan, maka tujuan dari bi’tsah dan risalah tidak terwujud.
Jadi hikmah Allah memang menuntut untuk menghimpun mereka di antara dua hal tersebut guna membedakan siapa orang yang benar-benar mengikuti dan mentaati para rasul dalam suka maupun duka, dan siapa yang mengikuti mereka hanya ketika mereka menang dan berjaya saja.
3. Bukti bagian dari tanda-tanda para rasul
Sesungguhnya ini merupakan bagian dari tanda-tanda para rasul, seperti yang pernah dikatakan oleh Hiraklius (Kaisar Rumawi) kepada Abu Sufyan bin Harb (saat masih kafir).
“Apakah kalian memeranginya?”
“Ya.” Jawab Abu Sufyan.
“Bagaimana peperangan yang terjadi antara ia dan kalian?” tanya Hiraklius.
”Terkadang ia menang dan terkadang kami yang menang? Jawab Abu Sufyan.
”Memang begitulah para rasul diuji. Namun akibat yang baik tetap bagi mereka.” [Shahih al-Bukhari (VII), Kitab Permulaan Turunnya Wahyu, Bab (6)
4. Untuk membedakan mana orang yang benar-benar beriman dan mana orang munafik yang berdusta.
Ketika Allah memberikan kejayaan kepada kaum muslimin dengan berhasil mengalahkan musuh mereka dalam perang Badar, sehingga mereka merasa senang, pada saat itu, ada sementara orang yang pura-pura masuk Islam secara lahiriah saja, padahal batin mereka menentang.
Lalu hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala menuntut berlakunya ujian bagi hamba-hamba-Nya yang akan membedakan siapa yang beriman dan siapa munafik.
Dalam pertempuran Uhud ini, orang-orang munafik mengangkat kepala dan mengungkapkan apa yang mereka pendam dalam hati mereka, sehingga tampak jelas kedok dan topeng mereka yang sebenarnya.
Baca juga: Pelajaran Hikmah Perang Khaibar
5. Kalau Allah Ta’ala selalu menolong mereka, memberikan kemenangan di mana saja berada.
Kalau Allah Ta’ala selalu menolong mereka, memberikan kemenangan di mana saja berada. dan menjadikan mereka berkuasa terhadap lawan-Iawan mereka, maka mereka tentu akan berlaku zhalim dan sombong.
Jadi, yang terbaik bagi mereka ialah mengalami suka dan duka, terkadang susah terkadang sejahtera, dan terkadang sulit terkadang lapang.
Allah adalah yang mengatur urusan hamba-hamba-Nya sebagaimana yang sepatutnya dengan hikmah kebijaksanaan-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat.
6. Agar kaum muslimin memohon kemuliaan serta kemenangan kepada-Nya
Jika sedang diuji oleh Allah dengan kekalahan, kejatuhan, dan keterpurukan, mereka merasahina dan tendah. Kemudian mereka terdorong untuk memohon kemuliaan serta kemenangan kepada-Nya.
Sesungguhnya petolongan lazim diawali dengan ketidakberdayaan bahkan kekalahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 123:
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam perang Badar padahal kamu ketika itu adalah orang-orang yang lemah.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam surat At-Taubah: 25:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun..”
Jika hendak memuliakan, melindungi, dan menolong seorang hamba, Allah terebih dahulu membuatnya lemah dan hina. Pertolongan Allah adalah tergantung pada sejauh mana kelemahan serta kehinaannya.
7. Allah meningkatkan kemuliaan mereka dengan ujian dan cobaan
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, tingkatan-tingkatan dalam mendapatkan kemuliaan-Nya. Hal itu tidak bisa dicapai dengan mengandalkan amal-amal mereka, melainkan dengan ujian dan cobaan.
Allah akan memudahkan sarana-sarana yarng akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan lewat ujian dan cobaan yang akan ditimpakan.
Amal-amal saleh merupakan bagian dari sarana – sarana tersebut yang dapat mengantarkan mereka ke sana.
8. Penawar Penyakit Hati
Sesungguhnya manusia cenderung ingin terus sehat, berjaya, dan kaya di dunia ini. Padahal itu jelas merupakan penyakit yang dapat menghambat jiwanya untuk bersungguh-sungguh berjalan menuju kepada Allah dan ke negeri akhirat.
Jika Allah sebagai Rabb Sang Pemilik menghendaki kemuliaannya, maka Dia akan menimpakan cobaan serta uiian yang justru merupakan obat penawar bagi penyakit yang menghambat perlalanan kepada-Nya tadi.
Jadi pada hakikatnya, uiian cobaan itu laksana dokter yang memberikan obat pahit kepada pasien, dan yang juga terpaksa harus memotong urat-urat yang sakit demi proses kesembuhan. Kalau hal itu dibiarkan saia, maka penyakit akan menjalar dan pada akhirnya akan mengakibatkan kematian.
9. Di sisi Allah, mati syahid adalah tingkatan tertinggi bagi para kekasih-Nya.
Di sisi Allah, mati syahid adalah tingkatan tertinggi bagl para kekasih-Nya. Para syahid adalah orang-orang khusus yang sangat dekat dengan Allah di antara seluruh hamba-Nya.
Mereka rela menumpahkan datah demi mendapatkan cinta AIIah serta keridhaan-Nya.
Mereka lebih mengutamakan cinta serta keridhaan Allah daripada nyawa mereka sekalipun.
Dan satu-satunya cara untuk meraih derajat tersebut ialah dengan memanfaatkan sebab-sebab yang dapat mengantarkan ke sana, yakni menghadapi musuh.
Baca juga: Keutamaan Muhajirin dan Anshar
10. Sarana Peningkatan Keimanan
Jika Allah ingin membinasakan dan menghancurkan musuh-musuh-Nya, Dia akan menyediakan untuk mereka banyak sarana yang membuat mereka harus melakukannya.
Yang paling signifikan selain kekufuran ialah kezhaliman dan tindakan mereka yang berlebihan dalam menyakiti, memusuhi, memerangi, dan menguasai kekasih-kekasih Allah.
Dan bagi para kekasih Allah, hal itu justru mereka manfaatkan untuk membersihkan dosa-dosa serta aib-aib mereka. Sementara bagi musuh-musuh Allah hal itu akan menambah kehancuran serta kebinasaan mereka.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. [Ali Imran: 139-141]
Baca juga: Urutan Rukun Iman Dalam Bahasa Arab
11. Pemisah Keimanan dan Kemunafikan
Dengan perang Uhud ini, jelaslah perbedaan antara orang-orang beriman dengan orang-orang munafik.
12. Allah menjadikan hambanya sebagai Syuhada’
Allah menjadikan di antara mereka sebagai orang-orang yang gugur syahid, karena Dia menyukai hamba-hamba-Nya yang syuhada’.
13. Membersihkan dosa Orang-orang beriman
Untuk membersihkan atau melebur orang-orang yang beriman dari dosa-dosa mereka serta dari penyakit-penyakit batin.
Lagi pula hal itu sekaligus untuk mensterilkan mereka dari orang-ofang yang munafik, sehingga mereka tampak beda.
Dalam hal ini mereka bisa melakukan dua pembersihan sekaligus; yakni membersihkan jiwa mereka, dan membersihkan dari orang yang secara lahiriah adalah bagian dari mereka, padahal sebenarnya ia justru musuh mereka.
14. Untuk menghancurkan orang-orang kafir karena kezhaliman, kesewenang-wenangan, dan sikap permusuhan mereka.
15. Peristiwa Perang Uhud hanya meniadi mukadimah atas kematian Rasulullah ﷺ.
Peristiwa Perang Uhud hanya meniadi mukadimah atas kematian Rasulullah ﷺ. Allah mencela sikap sebagian kaum muslimin karena berpaling hanya gara-gara mendengar isu terbunuhnya Rasulullahﷺ.
Padahal, seharusnya mereka tetap teguh pada Islam serta ajaran tauhid serta rela mati atau dibunuh demi berpegang padanya. Sebab, sesungguhnya yang mereka sembah adalah Rabbnya Muhammad Yang Maha Hidup dan tidak akan pernah mati.[v]
Baca juga: Larangan di Tanah Haram
Penyebab ‘Kekalahan’ Perang Uhud
Menurut para ahli ilmu, sebab kekalahan kaum muslimin dalam Perang Uhud adalah ketika para sahabat telah melanggar perintah Rasulullah ﷺ.
Allah berkehendak untuk membuat mereka mengetahui akibat buruk dari kemaksiatan dan kekalahan dan bahwa apa yang menimpa mereka itu adalah akibat buruk dari kemasiatan tersebut.
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ ۚ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۖ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. [Ali Imran: 152]
Setelah mereka merasakan akibat dari kemaksiatan mereka kepada Rasulullah ﷺ dan meninggalkan tugas dan gagal dalam tugas mereka, maka mereka menjadi jauh lebih waspada dan sadar terhadap sebab-sebab kekalahan.
Dalam hal ini, terdapat pelajaran besar bagi kita kaum Muslimin pada masa kini. Mayoritas umat Islam dan wilayah kaum Muslimin dan dikuasai oleh kejahatan dan para penjahat hanyalah karena akibat dari mereka terjerumus ke dalam pelanggaran-pelanggaran syar’i yang sudah diperingatkan darinya.[vi]
Tanya Jawab Tentang Perang Uhud:
Bagian berikut ini akan mengulas tentang pertanyaan yang sering ditanyakan oleh sebagian besar dari kaum Muslimin.
Jawaban yang ada bersifat ringkas saja yang penting berdasarkan rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kapan Perang Uhud Terjadi?
Para penulis kitab-kitab sirah sepakat bahwa peristiwa Perang Uhud terjadi pada bulan Syawwal tahun ke-3 Hijriyah. Mengenai harinya mereka berbeda pendapat. Dan menurut pendapat yang paling populer, peristiwa itu terjadi pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawwal.
[Hal itu diriwayatkan Khalifat bin Khayyath dengan isnad yang di dalamnya terdapat seorang perawi yang tidak dikenal dari Az-Zuhri dan Yazid bin Rauman. (Tarikh Khalifah 197). Juga diriwayatkan Ath-Thabari dengan isnad yang di dalamnya terdapar nama Husain bin Abdullah Al-Hasyimi, seorang perawi yang dhaif, dari Ikrimah. (Tafsir Ath-Thabari YIll 399)][vii]
Secara lebih spesifik, perang Uhud terjadi pada hari Sabtu, tanggal 7 Syawal 3 Hijriyah. Ini sebagaimana disebutkan dalam buku Ghazawatun Nabi ﷺ karya As-Sayyid Al jamili (2016).[viii]
Demikian ulasan singkat tentang 15 pelajaran dari Perang Uhud. Semoga bermanfaat. Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu dari rahmat Allah Ta’ala semata. Dan bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan dari setan. Allah dan Rasul-Nya berlepas diri darinya.
[i] Seleksi Sirah Nabawiyah-Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dha’if, Dr. Akram Dhiya’ Al-‘Umuri, Pustaka Darul Falah, Jakarta, hal. 406.
[ii] Ibid.
[iii] Lihat: Kelengkapan Tarikh Rasulullah ﷺ, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Pustaka Al-Kautsar, hal 108-119 secara ringkas.
[iv] Seleksi Sirah Nabawiyah-Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dha’if, Dr. Akram Dhiya’ Al-‘Umuri, Pustaka Darul Falah, Jakarta, hal.413.
[v] Ibid, hal 129-154. Dengan diringkas.
[vi] https://www.islamweb.net/ar/fatwa/3967/
[vii] Seleksi Sirah Nabawiyah-Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dha’if, Dr. Akram Dhiya’ Al-‘Umuri, Pustaka Darul Falah, Jakarta, hal. 406
Incoming search terms:
- https://pusatjamdigital com/ghazwah-sariyah/uhud/ (2)
- pasukan muslim kocar kacir di perang uhud (1)