Perang Khandaq atau yang sering disebut juga dengan nama perang Ahzab adalah perang ketiga terbesar dalam sejarah ghazwah Nabi Muhammad ﷺ setelah Perang Badar Al – Kubra dan Perang Uhud.
Dalam perang ini kaum Muslimin menghadapi pasukan gabungan dari sejumlah musuh kaum Muslimin pada saat itu.
Banyak hikmah dan pelajaran dalam perang ini. Sedemikian pentingnya perang ini hingga Allah Ta’ala memberi nama salah satu surat dalam kitab-Nya yang mulia dengan nama perang ini, yaitu surat Al-Ahzab.
Arti Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 Hijriyah ini terkadang disebut dengan perang khandaq atau perang Parit.
Hal ini merujuk kepada strategi perang yang dijalankan oleh Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin pada saat itu. Kaum Muslimin membuat sebuah parit besar sebagai sebuah strategi pertahanan dari serangan musuh.
Parit yang dibuat berbentuk sebuah dinding tebal yang menghalangi kedua belah pasukan sehingga mereka tidak bisa berhadapan-hadapan secara langsung.
Pasukan musuh sangat sulit untuk bisa memasuki kota Madinah. Kaum Muslimin menempati posisi pertahanan yang sangat strategis sehingga dengan leluasa mereka dapat menghujani musuh dengan anak panah dari balik parit.
Parit yang digali oleh kaum Muslimin membentang dari daerah Ummu Syaikhan di pemukiman Bani Haritsah di pinggiran sebelah timur hingga daerah Al-Madzadz di sebelah barat. Panjangnya 5.000 hasta, lebarnya 9 hasta, dan kedalamannya setinggi 9 sampai 10 hasta.
Tugas tersebut dibagikan kepada kaum muhajirin dan Anshor. Setiap 10 orang ditugasi untuk menggali parit sepanjang 40 hasta. Kaum Muhajirin melakukan penggalian dari pojok Benteng Ra’ij di sebelah timur sampai ke Benteng Dzabab. Dan kaum Anshar melakukan penggalian dari pojok Benteng Dzabab sampai ke Gunung Ubaid di sebelah barat.
Penggalian parit selesai dalam waktu yang relatif singkat, meskipun pada saat itu udara di Madinah cukup dingin dan para shahabat menderita rasa lapar.[i]
Mengapa Perang Khandaq Disebut Perang Ahzab?
Perang Khandaq ini disebut juga dengan perang Ahzab yang berarti perang melawan pasukan koalisi (persekutuan) orang-orang kafir. Persekutuan antara orang-orang Yahudi, Suku Quraisy dan Suku Ghathafan dan sejumlah kabilah Arab lainnya.
As-Suyuthi menyebutkan kabilah-kabilah Najd yang ikut ambil bagian dalam persekutuan tersebut – sebagian mereka adalah cabang dari suku Ghathafan – yakni kabilah Ghathafan, kabilah Bani Sulaim, kabilah Bani Asad, kabilah Fazarah, kabilah Asyja’, dan kabilah Bani Murrat.[ii]
Masing-masing dari anggota koalisi militer yang memerangi kaum Muslimin ini memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Mereka disatukan oleh satu musuh yang sulit mereka kalahkan bila dilawan sendirian.
Tokoh-tokoh Yahudi Bani Nadhir yang diusir dari Madinah menjadi dalang utama dalam pembentukan koalisi militer melawan satu musuh bersama yang sangat tangguh.
Yaitu, Muhammad ﷺ dan para sahabat setianya yang memiliki keimanan yang sangat kuat, kemampuan dan moral tempur yang tinggi, sangat mencintai pengorbanan di jalan Allah dengan segala yang mereka miliki dan rasa persaudaraan yang sangat kuat di antara mereka.
Sejarah Perang Khandaq / Ahzab
Orang-orang Yahudi Bani Nadhir diusir keluar dari Madinah. Mereka menuju khaibar. Mereka keluar sambil terus membawa dendam terhadap kaum Muslimin. Setelah mereka tenang di Khaibar, mereka mulai merancang rencana pembalasan terhadap kaum Muslimin.
Mereka sepakat untuk membidik kabilah-kabilah Arab yang bermacam-macam itu untuk diprovokasi untuk memerangi kaum Muslimin.
Untuk tujuan jahat ini, mereka membentuk satu tim delegasi yang terdiri dari Sulam bin Abi Al-Huqaiq, Huyai bin Akhthab, Kinanah bin Ar-Rabi’ bin Abi Al-Huqaiq, Haudzah bin Qais Al – Waili dan Abu ‘Ammar.
Tim delegasi tersebut sukses besar dalam melaksanakan tugasnya. Quraisy sepakat karena telah merasakan pahitnya blokade ekonomi yang dilakukan oleh kaum Muslimin. Ghathafan sepakat karena tamak terhadap kekayaan Madinah, dan diikuti oleh berbagai kabilah lainnya.
Delegasi Yahudi itu berkata kepada orang-orang musyrik Makkah bahwa agama kalian itu lebih baik daripada agama Muhammad dan kalian lebih layak terhadap kebenaran daripada Muhammad.
Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُواْ نَصِيباً مِّنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ هَؤُلاء أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ سَبِيلاً -٥١- أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللّهُ وَمَن يَلْعَنِ اللّهُ فَلَن تَجِدَ لَهُ نَصِيراً -٥٢-
”Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Kitab (Taurat)? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.
Mereka itulah orang-orang yang Dilaknat Allah. Dan barangsiapa Dilaknat Allah, niscaya engkau tidak akan mendapatkan penolong baginya.” [An-Nisa’: 51-52]
Delegasi Yahudi dan para pemimpin Arab Badui Ghathafan telah menetapkan kesepakatan Persekutuan Militer Arab Paganis – Yahudi melawan kaum Muslimin.
Di antara poin kesepakatan terpentingnya adalah sebagai berikut:
- Kekuatan Ghathafan dalam pasukan koalisi ini adalah 6 ribu tentara.
- Yahudi menyerahkan kepada kabilah-kabilah Ghathafan – sebagai kompensasi dari hal tadi – setiap kurma Khaibar selama satu tahun.
Delegasi Yahudi tersebut berhasil mengumpulkan 10 ribu pasukan dari hasil rangkaian perjalanan mereka. 4 ribu tentara dari Quraisy dan para sekutunya, 6 ribu tentara dari Ghathafan dan sekutunya. Seluruh tentara dalam jumlah besar tersebut telah menempati sebuah lokasi di dekat Madinah.[iii]
Begitu kaum Muslimin mendengar kabar pasukan Ahzab berkumpul untuk menyerang mereka, Rasulullah ﷺ langsung mulai bermusyawarah dengan mereka membahas apa yang sebaiknya beliau lakukan untuk menghadapi mereka.
Usulan Salman Al Farisi dalam Perang Khandaq
Salman Al-Farisi mengusulkan kepada Rasulullah ﷺ agar membuat parit di daerah sebelah utara kota Madinah untuk membikin jalur penghubung antara daerah pinggir Lembah Waqim dengan daerah pinggir Al-Wabrah, yaitu satu-satunya daerah yang terbuka bagi para pasukan.
Adapun arah-arah yang lain sudah seperti sebuah benteng kokoh karena terdapat banyak bangunan dan pohon-pohon kurma, dan dikelilingi oleh gurun yang sulit ditembus oleh pasukan yang berjalan kaki maupun yang naik unta.
Kaum Muslimin menyelesaikan penggalian parit hanya dalam tempo 6 hari saja. Dengan demikian mereka telah berhasil membuat garis pertahanan Madinah yang kokoh sebelum pasukan Ahzab datang.[iv]
Sikap kaum mukminin yang jujur sangat berbeda dengan sikap kaum muslimin yang munafik dalam merespon situasi yang sangat sulit, mencekam dan penuh tekanan saat menghadapi kepungan pasukan Ahzab terhadap Madinah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan situasi perang ahzab saat itu dengan firman-Nya:
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا
هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. [Al-Ahzab: 10-11]
Sikap orang munafik saat menghadapi situasi berat ini digambarkan oleh Allah Ta’ala sebagai berikut:
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”. [Al-Ahzab: 12]
Sedangkan mengenai sikap orang mukmin menghadapi situasi genting ini Allah Ta’ala berfirman:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. [Al-Ahzab: 22]
Kaum Muslimin dikepung oleh pasukan gabungan Quraisy dan Ghatafan serta sekutu mereka yang berjumlah total sekitar 10 ribu tentara.
Sedangkan dari dalam Madinah sendiri, Yahudi Bani Quraizhah mengkhianati perjanjian dengan Nabi Muhammad ﷺ, sehingga ancaman datang dari dalam dan dari luar.
Pengepungan berlangsung selama 24 hari. Tidak terjadi kontak pertempuran selain hanya saling menembakkan anak panah.
Menurut Qatadah, pengepungan berlangsung selama sebulan. Dan menurut Musa bin ‘Uqbah, pengepungan berlangsung selama 20 hari.[v]
Betapa pun mental pasukan Ahzab menjadi turun oleh pengepungan yang berlangsung cukup lama, dan juga oleh udara yang sangat dingin mencekam.
Allah memberikan kemenangan kepada pasukan kaum Muslimin lewat angin topan yang memporakporandakan tenda-tenda mereka, menerbangkan periuk-periuk mereka, memadamkan api-api mereka, dan mengubur unta-unta mereka.
Di tengah-tengah kekacauan, Abu Sufyan berseru agar mereka segera pergi. Mereka tidak memperoleh apa-apa dari peperangan tersebut, selain capek dan kerugian material, sebagaimana yang ditetapkan berdasarkan nash Ai-Qur’an Al-Karim.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. [Al-Ahzab: 9]
Baca juga: Sempadan Tanah Haram
Faktor Kemenangan Perang Khandaq
Ada beberapa faktor kemenangan kaum Muslimin dalam perang khandaq ini meskipun mereka secara jumlah jauh lebih sedikit dan mendapatkan serangan dari dua arah sekaligus yaitu dari pasukan gabungan Quraisy dan Ghathafan di luar Madinah serta dari Yahudi Bani Quraizhah di dalam Madinah.
Di antara faktor-faktor yang berkontribusi pada kemenangan kaum Muslimin dalam perang Khandaq adalah:
- Kuatnya keteguhan hati dan kesabaran pasukan kaum Muslimin dalam menghadapi situasi yang sangat berat.
- Kuatnya keimanan, keyakinan, ketawakalan dan husnuzh-zhan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada janji Allah dan Rasul-Nya bahwa mereka akan diberi pertolongan oleh Allah Subahanahu wa Ta’ala dan akan berhasil mengalahkan musuh-musuh mereka.
- Kesatuan dan soliditas yang sangat kuat dari pasukan kaum Muslimin mujahidin yang jujur dalam menghadapi pasukan koalisi yang jumlahnya jauh melampaui mereka. Tidak ada pertikaian internal di kalangan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mereka sama sekali tidak terpengaruh dengan sikap orang-orang munafik yang selalu berusaha melemahkan tekad dan keyakinan mereka.
- Penggunaan strategi perang yang tepat, aplikatif dan tidak pernah dikenal dan diperkirakan sebelumnya oleh pasukan Ahzab saat itu. Kemampuan merancang strategi yang tepat dan sekaligus melaksanakannya dengan penuh konsisten telah memberikan pengaruh besar dalam menghambat gerak laju musuh yang begitu besar jumlahnya dengan sangat efektif.
- Kemampuan yang tinggi dari pasukan Sandi Yuda (intelijen perang) yang dimiliki oleh pasukan kaum Muslimin sehingga berhasil masuk ke jantung pertahanan musuh dan kembali ke markas dengan selamat dengan membawa seluruh informasi penting yang dibutuhkan. Dalam hal ini diperankan oleh sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu.
Begitu pula dengan peran Nu’aim bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dalam membelah dan memecah kesatuan mereka, bila riwayat tentang kisah Nu’aim bin Mas’ud ini adalah riwayat yang shahih. Sebab menurut Dr. Akram Dhiya’ Al-‘umuri, kisah tentang Nu’aim bin Mas’ud Al-Ghathafani riwayatnya tidak kuat tapi sudah sangat populer ditulis di kitab-kitab sirah.[vi]
- Kepiawaian Rasulullah ﷺ sebagai panglima perang dalam mengendalikan jalannya peperangan dan memimpin pasukan serta dalam mengelola konflik dalam perang (manajemen konflik) semenjak dari perencanaan strategi perang hingga perang berakhir.
- Faktor penentu menangnya kaum Muslimin dan hancurnya leburnya persatuan musuh dan melemahnya kekuatan mereka sehingga gagal dalam mewujudkan tujuan mereka adalah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa pengiriman topan badai gurun yang memporak-porandakan markas dan logistik perang mereka. Wallahu A’lam
Kapan Terjadinya Perang Ahzab?
Mengenai waktu terjadinya perang Ahzab ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama menjadi dua pendapat:
- Perang Ahzab terjadi pada bulan Syawal pada tahun 5 Hijriah.
Ini merupakan pendapat Ibnu Ishaq. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Zadul Ma’ad juga menyatakan perang Ahzab terjadi di bulan Syawal tahun 5 H berdasarkan pendapat yang lebih benar dari dua pendapat yang ada.
Hal ini karena tidak ada perbedaan pendapat bahwa perang Uhud terjadi di bulan Syawal tahun 3 Hijriyah. Rasulullah ﷺ menjanjikan kepada orang-orang Musyrik (untuk berperang) pada tahun berikutnya yaitu tahun 4 H, namun mereka melanggar kesepakatan tersebut karena gersangnya tahun itu maka mereka kembali ke Makkah.
Lantas pada tahun 5 Hijriah mereka datang kembali untuk memerangi Rasulullah ﷺ. Ini pendapat para pakar sirah dan peperangan (maghazi).
Yang sependapat dengan Ibnu Ishaq di antaranya Ibnu Sa’ad, Al-Baihaqi , Adz-Dzahabi, Al-hafizh Ibnu Hajar dan Abu ‘Ubaid serta Ibnu Katsir.
- Perang Ahzab terjadi pada bulan Syawal tahun 4 Hijriah.
Ini merupakan pendapat Musa bin ‘uqbah dan yang mengikutinya adalah Malik bin Anas. Al-Bukhari juga cenderung kepada pendapat ini.
Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari memberikan bantahan terhadap orang-orang yang menyatakan pendapat ini dan menjelaskan kelemahannya dan menyatakan bahwa pendapat ini tidak bisa dijadikan sandaran.
Beliau mendiskusikan pendapat ini hujah dengan hujah, dalil dengan dalil. Silahkan lihat Fathul Bari 7/393 Bab Ghazwatul Khandaq wa huwa ghazwatul Ahzab.[vii]
Hikmah Perang Khandaq / Ahzab
Hikmah perang khandaq di antaranya adalah sebagai berikut:
- Rasulullah ﷺ menempatkan musyawarah pada posisi yang semestinya dan mengokohkannya dalam kehidupan kaum muslimin karena dalam situasi yang sangat genting dan darurat kebutuhan terhadap musyawarah itu menjadi semakin besar. Syura itu memanfaatkan setiap keahlian dan pengalaman serta menyatukan berbagai pendapat dalam satu pandangan.[viii]
- Orang mukmin itu mengambil hikmah dari mana pun asalnya.
Hal ini sebagaimana terlihat dari strategi perang khandaq yang diusulkan oleh sahabat Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu yang berasal dari Persia. Beliau mengatakan bahwa kami orang Persia bila khawatir atas serangan pasukan berkuda maka kami membuat parit untuk melindungi kami. Lantas Rasulullah ﷺ menerima ide tersebut.[ix]
- Teladan praktis Rasulullah ﷺ kepada para sahabatnya dengan merasakan langsung seluruh penderitaan yang diderita para sahabatnya dan bekerja bersama dengan para sahabatnya.[x]
- Kekufuran merupakan agama yang satu dan pengkhianatan serta menyelisihi janji merupakan tabiat akhlak ornag-orang Yahudi. Ini yang terlihat jelas dalam perang Ahzab.[xi]
- Para sahabat belajar optimisme dan harapan di tengah situasi yang sangat sulit dan berat yang meliputi kaum Muslimin berupa kepungan pasukan koalisi berbagai kabilah Arab dan Yahudi dengan jumlah pasukan mencapai 10 ribu tentara dalam kondisi lapar dan takut, hawa dingin yang menggigit dan kepayahan yang luar biasa saat menggali parit.
Kaum Muslimin tidak kehilangan asa dan tidak sirna rasa percayanya dengan janji Allah dan pertolongan-Nya. Bahkan keyakinan dan iman mereka bertambah kuat.
- Perang Ahzab menunjukkan kepada kita betapa pentingnya doa.
Rasulullah ﷺ adalah orang yang banyak bertadharru’ dan berdoa kepada Allah khususnya dalam peperangan yang beliau terjuni.
Ketika penderitaan semakin memuncak dan hati kaum muslimin sudah naik ke kerongkongan dan diguncang dengan guncangan yang dahsyat, Rasulullah ﷺ berdoa:
“Ya Allah, Tuhan Yang menurunkan Al-Qur’an dan Yang menghisab dengan sangat cepat, kalahkanlah pasukan Ahzab. Ya Allah, kalahkan dan hancurkanlah mereka.”[xii]
- Mukjizat Rasulullah ﷺ yang terlihat dalam perang Khandaq.
Di antaranya adalah makanan yang sedikit namun mencukupi seluruh pasukan sebagaimana yang disampaikan oleh Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anha yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya no. 4102.[xiii]
- Perang Ahzab adalah perang yang sangat menentukan dalam kehidupan umat Islam. ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah ﷺ sendiri dalam sabdanya:
الآن نغزوهم ولا يغزوننا، نحن نسير إليهم
”Sekarang kita menyerang mereka dan mereka tidak lagi menyerang kita. Kita yang akan mendatangi mereka.” [Hadits riwayat Al-Bukhari][xiv]
Baca juga: Pengertian Bulan Haram
Hasil Perang khandaq / Ahzab
Hasil dari perang khandaq adalah kaum Muslimin mendapatkan kemenangan dan ketenangan. Sementara pasukan gabungan orang-orang musryik Arab dan Yahudi mengalami kerugian dan kegagalan besar.
Mereka tidak mendapatkan apa pun dari berbagai target perang yang mereka canangkan. Mereka pulang ke wilayah masing-masing dengan tangan hampa.
Dalam perang ini, meskipun kaum Muslimin dikepung dalam waktu yang cukup lama, hanya ada 8 orang sahabat yang gugur syahid. Di antara mereka ialah Sa’ad bin Mu’adz, pemimpin suku Aus, yang matanya tertembus anak panah.
Rasulullah ﷺ membuatkan sebuah tenda di samping masjid supaya beliau tidak perlu jauh-jauh menjenguknya. Namun setelah Perang Bani Quraizhah, akhirnya ia meninggal dunia setelah luka-luka yang dideritanya semakin parah.
Ada empat pasukan dari pihak orang-orang musyrikin yang tewas. Perang Khandaq ini merupakan perang yang paling sedikit merenggut korban tewas, padahal jumlah pasukan dari kedua belah pihak yang terlibat sangat besar. Hal itu disebabkan mereka tidak bisa bertempur secara langsung karena terhalang oleh parit.[xv]
Demikian ulasan tentang hikmah perang khandaq atau perang Ahzab. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu dari rahmat Allah semata dan bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan dari setan. Allah dan rasul-Nya berlepas diri darinya.
[i] Seleksi Sirah Nabawiyah-Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dha’if, Dr. Akram Dhiya’ Al-‘Umuri, Pustaka Darul Falah, Jakarta, hal. 458-459.
[ii] Ibid, hal. 457
[iii] As-Sirah An-Nabawiyah – ‘Ardhu Waqai’ wa Tahlilu Ahdats- (Durus wa ‘Ibar), Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, cetalan pertama, 1425 H / 2004 M. hal. 820-821.
[iv] Seleksi Sirah Nabawiyah-Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dha’if, Dr. Akram Dhiya’ Al-‘Umuri, Pustaka Darul Falah, Jakarta, hal.458-460 dengan diringkas.
[v] Ibid. hal 469.
[vi] Lihat : Seleksi Sirah Nabawiyah-Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dha’if, Dr. Akram Dhiya’ Al-‘Umuri, Pustaka Darul Falah, Jakarta, hal.471
[vii] Shahih As-Sirah an-Nabawiyyah, Syaikh Ibrahim Al-‘Ali, Darun Nafais, Yordania, cetakan pertama, 1415 H/ 1995 M, hal. 264-265.
[viii] https://www.islamweb.net/ar/article/154374/
[ix] As-Sirah an-Nabawiyah, Syaikh Abu Hasan Ali An Nadawi, Daru Ibni Katsir, Beirut, 1420 H /1999 M, hal. 347-348.
[x] https://www.islamweb.net/ar/article/154374/
[xi] Ibid.
[xii] ibid
[xiii] As-Sirah an-Nabawiyah, Syaikh Abu Hasan Ali An Nadawi, Daru Ibni Katsir, Beirut, 1420 H /1999 M, hal.350
[xiv] https://www.islamweb.net/ar/article/154374
[xv] Seleksi Sirah Nabawiyah-Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dha’if, Dr. Akram Dhiya’ Al-‘Umuri, Pustaka Darul Falah, Jakarta, hal. 470.
Incoming search terms:
- https://pusatjamdigital com/ghazwah-sariyah/khandaq-ahzab/ (8)
- https://pusatjamdigital com/ghazwah-sariyah/khandaq-ahzab/#:~:text=Hikmah perang khandaq di antaranya musyawarah itu menjadi semakin besar (1)
- ibrah perang khandaq (1)
- pelajaran perang khandaq (1)