Ghazwah dan Sariyah adalah bagian dari sejarah Islam yang tak lepas dari perjalanan nabi (sirah nabawiyah). Semua bermula dari dakwah Islam di Makkah al-Mukarramah dimulai secara diam-diam.
Seiring dengan jumlah umat Islam mulai meningkat sedikit demi sedikit sampai tiba waktunya untuk mendakwahkan Islam secara terbuka. Maka mulailah tekanan orang-orang kafir Quraisy dilancarkan kepada Nabi ﷺ dan para sahabat mulia nabi yang beriman kepadanya radhiyallahu ‘anhum semakin menguat.
Hijrah ke Madinah pun menjadi solusi untuk menjaga eksistensi Islam dan kebebasan beribadah. Meski sudah berhijrah, tantangan tak kemudian selesai. Gangguan selalu datang dari luar Madinah.
Karenanya, ada pembelaan terhadap Islam dan kaum muslimin dengan menggunakan kekuatan. Ada banyak istilah yang terkait dengan jihad di jalan Allah.
Dan yang paling penting adalah ghazwah dan sariyah yang dikirim dalam Islam. Dalam artikel ini akan dijawab pertanyaan tentang apa perbedaan antara ghazwah dan sariyah.[i]
Peperangan Pada Zaman Nabi ﷺ
Peperangan pada zaman Nabi ﷺ dimulai dengan munculnya agama Islam pada abad ketujuh M. Hal itu setelah jihad disyariatkan bagi umat Islam. Peperangan tersebut, dengan berbagai penyebabnya, bersesuaian dengan prinsip perang agama dalam konsep Islam atau yang disebut dengan jihad.
Jihad dalam arti perang disyariatkan pertama kali dalam Islam setelah Nabi Muhammad ﷺ berada di Madinah. Sebelum itu, kaum Muslimin diperintahkan untuk tidak menggunakan kekuatan dalam menghadapi orang-orang kafir dan gangguan mereka.[ii]
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
أنَّ عبدالرحمن بنَ عوفٍ ، وأصحابًا لَهُ أتَوا النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ بمَكَّةَ فقالوا : يا رسولَ اللَّهِ ، إنَّا كنَّا في عزٍّ ونحنُ مُشرِكونَ ، فلمَّا آمنَّا صِرنا أذلَّةً ، فقالَ : إنِّي أُمِرتُ بالعفوِ ، فلا تقاتِلوا فلمَّا حوَّلَنا اللَّهُ إلى المدينةِ ، أَمرَنا بالقتالِ ، فَكَفُّوا ، فأنزلَ اللَّهُ عزَّ وجلَّ : أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ .
”Sesungguhnya Abdurrahman bin ‘Auf dan sejumlah sahabatnya mendatangi Nabi ﷺ di Makkah, lantas berkata, “Sesungguhnya dahulu kami dalam keadaan mulia padahal kami masih musyrik. Ketika kami beriman kami menjadi dalam keadaan hina.”
Nabi ﷺ bersabda, “Aku diperintahkan untuk memberikan maaf maka kalian jangan berperang.” Ketika Allah memindahkan kami ke Madinah, Allah memerintahkan kami untuk berperang. Ternyata mereka enggan berperang. Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” [An-Nisa’: 77]
[Hadits riwayat An-Nasa’i dalam Shahih An-nasa’i no. 3086. Syaikh Al-albani menyatakan isnadnya shahih.]
Sebab Ghazwah dan Sariyah Zaman Nabi ﷺ
Peperangan yang terjadi di masa Nabi ﷺ ada yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad ﷺ dan ada pula yang tidak dipimpin oleh beliau. Sebab-sebab yang memicu terjadinya peperangan tersebut ada beberapa macam.
Di antara sebab-sebab peperangan yang terjadi di masa Nabi adalah:
- Untuk mempertahankan eksistensi kaum Muslimin dan Negaranya dari upaya penghancuran oleh orang-orang kafir. Hal ini sebagaimana nampak dalam perang Badar, Uhud dan Ahzab.
- Mencegah terjadinya serangan terhadap kaum Muslimin dan Negara Islam Madinah. Hal ini seperti dalam perang Tabuk, saat Nabi ﷺ mendapatkan informasi yang sangat valid dan akurat bahwa Kekaisaran Romawi sedang mempersiapkan pasukan besar untuk memerangi kaum Muslimin. Maka Nabi ﷺ menyiapkan pasukan besar untuk mencegah serangan tersebut terjadi di Madinah. Demikian pula dengan perang Hunain dan perang melawan Yahudi Bani Quraidzah.
- Menghancurkan pusat kekuatan musuh yang menjadi sumber segala konspirasi dan permusuhan terhadap kaum Muslimin. Hal ini seperti dalam perang Khaibar.
- Melakukan pembalasan atas kejahatan musuh terhadap kaum muslimin dan sekutu kaum muslimin. Hal ini sebagaimana dalam perang Mu’tah saat utusan Nabi ﷺ ke Raja Bushra di wilayah Irak dibunuh oleh mereka yang menjadi sekutu Romawi. Demikian pula dalam perang Fathu Makkah yang penyebabnya adalah serangan orang musyrik terhadap Bani Khuza’ah yang menjadi sekutu Nabi ﷺ paska perjanjian Hudaibiyah.
Membunuh utusan resmi negara dan melanggar perjanjian antara dua negara merupakan kejahatan serius yang harus mendapatkan hukuman yang setimpal.
Tujuan Penyebutan Ghazwah dan Sariyah Dalam Al Qur’an
Sejumlah pertempuran yang dipimpin oleh Nabi Muhammad ﷺ disebutkan dalam Al-Quran kadang-kadang secara singkat, dan di lain waktu secara detail. Seperti perang Badar al-Kubra disebutkan secara rinci dalam surat Al-Anfal dan dalam surat Al Imran secara singkat.
Demikian pula dengan perang Uhud juga disebutkan dalam surat Ali Imran, serta perang Bani Qaynuqa. Perang Hunain dan Tabuk dalam surat al-Taubah secara singkat. Perang Khandaq disebutkan secara rinci dalam surat al-Ahzab, dan penaklukan Khaibar dan al-Thaif dalam surat Al-Imran dan surat Al-Fath.
Para ahli tafsir (mufassir) dan ahli fikih (fuqaha’) meyakini bahwa penyebutan beberapa pertempuran secara detail sedangkan yang lain tidak mendetail itu menunjukkan pentingnya peperangan tersebut dalam perjalanan penyebaran Islam selama era kenabian, karena mengandung pelajaran besar yang harus dipahami dengan baik.[iii]
Pengertian Ghazwah
Sejarah menyaksikan beberapa pertempuran untuk menyebarkan agama Islam dan meninggikan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah ﷺ keluar untuk menghadapi musuh dalam beberapa pertempuran yang dikenal sebagai ghazwah.
Ghazwah ini dimulai setelah disyariatkannya perang dan izin untuk berperang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menunjukkan kekuatan umat Islam di depan suku-suku sekitarnya dan menanam ketakutan di dada mereka.
Arti Ghazwah Secara Bahasa
Kata الغزوة ghazwah secara bahasa berasal dari kata غزا يغزو، غَزوة، فهو غازٍ jamaknya غُزاة،
Kata غزا (ghaza) berarti membidik, memburu dan menyerang musuh di negerinya. Kata غَزوة ghazwah merupakan bentuk tunggal dan jamaknya adalah غزوات (ghazawat)[iv]
Arti Ghazwah Secara Istilah
Sedangkan secara istilah ghazwah berarti peperangan yang Rasulullah ﷺ ikut serta di dalamnya untuk menghadapi musuh baik terjadi pertempuran atau tidak.[v]
Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi mengatakan,”Para penulis siroh secara umum menyebut setiap kelompok kaum Muslimin yang pergi bersama Nabi ﷺ untuk menghadapi musuhnya dengan istilah ghazwah baik terjadi pertempuran dalam ekspedisi tersebut ataukah tidak, baik jumlah pasukannya besar atau pun kecil.[vi]
Tabel Ghazwah Zaman Nabi
Berikut ini daftar berbagai ghazwah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ semenjak sebelum terjadi perang Badar hingga ghazwah terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dalam sejarah hidupnya dengan merujuk kepada tulisan Syaikh Wahid Abdussalam Bali, Ghazawat Ar-Rasul ﷺ.[vii]
Tabel Ghazwah Sebelum Perang Badar
No | Nama Ghazwah | Tahun Ghazwah | Tempat Ghazwah |
1. | Ghazwah Abwa’ (Wadan) | Shafar 2 H | Wadan |
2. | Ghazwah Buwath | Rabiul Awal 2 H | Buwath |
3. | Ghazwah Al-‘Usyairah | Jumadal Ula 2 H | Al-’Usyairah |
4. | Ghazwah Safawan (Badr Ula) | Jumadal Akhir 2 H | Safawan |
Tabel Ghazwah Sebelum Fathu Makkah
No | Nama Ghazwah | Tahun Ghazwah | Tempat Ghazwah |
5. | Badar Kubro | Ramadhan 2 H | Badar |
6. | Ghazwah Al-Kudr dari Bani Sulaim | Syawal 2 H | Qarqaratul Kudr |
7. | Ghazwah Bani Qainuqa’ | Syawal 2 H | Madinah Munawwarah |
8. | Ghazwah As-Sawiq | Dzul Hijjah 2 H | Qarqaratul Kudr |
9. | Ghazwah Dzi Amar | Muharram 3 H | Dzu Amr |
10. | Ghazwah Al-Far’u dari Buhran | Rabiul Akhir 3 H | Buhran |
11. | Ghazwah Uhud | Syawal 3 H | Jabal Uhud |
12. | Ghazwah Hamraul Asad | Syawal 3 H | Hamraul Asad |
13. | Ghazwah Bani Nadhir | Rabiul Awal 4 H | Pinggiran Madinah Munawarah |
14. | Ghazwah Badar Al-Akhirah (Al-Mau’id) | Sya’ban 4 H | Badar |
15. | Ghazwah Daumatul Jandal | Rabiul Awal 5 H | Daumatul Jandal |
16. | Ghazwah Bani Al-Mushthaliq | Sya’ban 5 H | al-Muraisi’ |
17. | Ghazwah Ahzab (Khandaq) | Syawal 5 H | Madinah Munawwarah |
18. | Ghazwah Bani Quraizhah | Dzul Qa’dah 5 H | Pinggiran Madinah Munawwarah |
19. | Ghazwah Bani Lihyan | Jumadal Ula 6 H | Gharan |
20. | Ghazwah Al-Hudaibiyah | Dzul Qa’dah 6 H | Hudaibiyyah |
21. | Ghazwah Dzi Qarad | Muharram 7 H | Dzu Qarad |
22. | Ghazwah Khaibar | Muharram 7 H | Khaibar |
23. | Ghazwah Dzatur Riqa’ | 7 H | dekat Najed utara Khaibar |
24. | Ghazwah Fathu Makkah | Ramadhan 8 H | Makkah al-Mukarramah |
Tabel Ghazwah Setelah Fathu Makkah
No | Nama Ghazwah | Tahun Ghazwah | Tempat Ghazwah |
25 | Ghazwah Hunain | Syawal 8 H | Lembah Hunain |
26 | Ghazwah Thaif | Syawal 8 H | Thaif |
27 | Ghazwah Tabuk | Rajab 9 H | Tabuk |
Jumlah Ghazwah Zaman Nabi
Para ulama berselisih pendapat tentang jumlah ghazwah yang diterjuni oleh Nabi Muhammad ﷺ. Di antara mereka ada yang berpendapat jumlahnya ada 27 ghazwah. Yang lain mengatakan jumlahnya 26 ghazwah. Sebagian lainnya berpendapat jumlahnya 18 ghazwah.
Namun pendapat yang rajih adalah pendapat yang dinyatakan oleh Ibnu Hisyam bahwa jumlah ghzwah yang diterjuni oleh Nabi ﷺ adalah 27. Hanya saja, Nabi ﷺ terlibat perang secara praktis bersama kaum Muslimin dalam sembilan ghazwah. Dalam sisa ghazwah yang lain, Nabi ﷺ mengatur dan mengorganisir jalannya Ghazwah di lapangan.[viii]
Pengertian Sariyah
Bila ghazwah adalah setiap ekspedisi pasukan kaum muslimin di zaman Nabi ﷺ yang diterjuni langsung oleh Nabi ﷺ, lantas apakah yang dimaksud dengan sariyah?
Arti Sariyah Secara Bahasa
Secara bahasa السرية ‘sariyah’ berarti ‘yang keluar di malam hari. Disebut dengan sariyah karena ia berjalan di malam hari secara tersembunyi agar tidak diketahui oleh musuh yang bisa membuat mereka bersikap waspada dan melakukan antisipasi.[ix]
Arti Sariyah Secara Istilah
Adapun pengertian sariyah secara istilah menurut Ibnul Atsir adalah sekelompok pasukan yang jumlahnya maksimal 400 personil yang dikirim untuk menghadapi musuh. Bentuk jamak dari السرية adalah السّرايا ”as-saroya”.
Dinamakan dengan sariyah karena mereka itu adalah inti dari pasukan tempur. Mereka adalah pasukan elit. Berasal dari sesuatu yang rahasia dan berharga.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan jumlah personil sariyah 100 samai dengan 500 personil. Ibnul Manzhur dan Fairuz Abadi menyatakan sariyah itu berkisar antara 100 hingga 500 personil.
Adapun sariyah Mu’tah jumlah pasukannya mencapai 3000 personil. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Rasulullah ﷺ pernah mengirim Abdullah bin Mas’ud dan Khabab sebagai sariyah dan pernah mengutus Dihyah sendirian sebagai sariyah.”
Jadi kesimpulannya, jumlah personil sariyah itu tidak lebih dari 3 ribu pasukan sebagaimana dalam sariyah Mu’tah dan tidak ada jumlah sariyah yang lebih besar dari sariyah Mu’yah dalam sirah Nabi Muhammad ﷺ .
Demikian pula, tidak ada batasan minimal jumlah personil Sariyah dalam sirah Nabi Muhammad ﷺ. Terkadang jumlah personil sariyah hanya satu orang saja.[x]
Tabel Sariyah Zaman Nabi
Berikut ini sariyah yang dikirim oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk menghadapi musuh-musuh kaum Muslimin yang ditampilkan dalam bentuk tabel agar lebih mudah membacanya. Daftar sariyah ini mengacu kepada tulisan Syaikh Wahid Abdussalam Bali , Saraya Ar-Rasul ﷺ.[xi]
No | Nama Sariyah | Tahun | Tempat /Tujuan |
1. | Sariyah Hamzah bin Abdul Muthalib | Ramadhan 1 H | Saiful Bahri |
2. | Sariyah ‘Ubaidah bin Al-Harits | Syawal 1 H | Bathni Rabigh |
3. | Sariyah Sa’ad bin Abi Waqqash | Dzul Qa’dah 1 H | Al-Kharrar |
4. | Sariyah Sa’ad bin Abi Waqqash | Rajab 2 H | Sebuah kampung suku Kinanah |
5. | Sariyah Abdullah bin Jahsy | Rajab 2 H | Nakhlah |
6. | Sariyah ‘Umair bin ‘Adi | Ramadhan 2 H | untuk membunuh ‘Ashma’ binti Marwan |
7. | Sariyah Salim bin ‘Umair | Syawal 2 H | Abu ‘Afak Al-Yahudi |
8. | Sariyah Muhammad bin Maslamah | Rabiul Awal 3 H | untuk membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf |
9. | Sariyah Zaid bin Haritsah | Jumadal Akhirah 3 H | Al-Qardah |
10. | Sariyah Abu Salamah | Muharram 4 H | Thulaihah Al-Asadi |
11. | Sariyah Abdullah bin Unais | Muharram 4 H | Khalid Al-Hudzali |
12. | Sariyah Ar-Raji’ | Shafar 4 H | |
13. | Sariyah Bi’ru Ma’unah | Shafar 4 H | |
14. | Sariyah Amru bin Abi Umayyah | 4 H | untuk membunuh Abu Sufyan |
15. | Sariyah Abdullah bin ‘Atik | Dzul Hijjah 5 H | untuk membunuh Abu Rafi’ Sallam bin Abi Al-Huqaiq Al-Yahudi |
16. | Sariyah Muhammad bin Maslamah | Muharram 6 H | Qurtha’ |
17. | Sariyah ‘Ukkasyah | Rabiul Akhir 6 H | Al-Ghamar |
18. | Sariyah Muhammad bin Maslamah | Rabiul Akhir 6 H | Dzil Qashshah |
19. | Sariyah Abu ‘Ubaidah | Rabiul Akhir 6 H | Dzil Qashshah |
20. | Sariyah Zaid bin Haritsah | Rabiul Akhir 6 H | Bani Sulaim di Al-Jamum |
21. | Sariyah Zaid bin Haritsah | Jumadal Ula 6 H | Al-‘Ish |
22. | Sariyah Zaid bin Haritsah | Jumadal Akhirah 6 H | Ath-Tharif |
23. | Sariyah Zaid bin Haritsah | Jumadal Akhirah 6 H | Hisma |
24. | Sariyah Zaid bin Haritsah | Rajab 6 H | Wadil Qura |
25. | Sariyah Abdurrahman bin Auf | Sya’ban 6 H | Dumatul Jandal |
26. | Sariyah Ali bin Ali Thalib | Sya’ban 6 H | Fadak |
27. | Sariyah Zaid bin Haritsah | Ramadhan 6 H | Ummu Qirfah |
28. | Sariyah Abdullah bin Rawahah | Syawal 6 H | Usair bin Zarim |
29. | Sariyah Kurz bin Jabir | Syawal 6 H | ‘Urniyyin |
30. | Sariyah Al-Khathab | Syawal 6 H | |
31. | Sariyah Bani ‘Abs | 6 H | |
32. | Sariyah Aban bin Sa’id | 7 H | ke arah Nejed |
33. | Sariyah Ghalib bin Abdillah | Shafar 7 H | Bani Tsa’labah |
34. | Sariyah Abu Bakar | Sya’ban 7 H | Bani Fazarah |
35. | Sariyah Umar bin Al-Khathab | Sya’ban 7 H | Turbah |
36. | Sariyah Basyir bin Sa’ad | Sya’ban 7 H | Bani Murrah di Fadak |
37. | Sariyah Ghalib bin Abdillah Al-Laitsi | Ramadhan 7 H | Al-Mifa’ah |
38. | Sariyah Basyir bin Sa’ad | Syawal 7 H | Yaman dan Jabar |
39. | Sariyah Abil ‘Auja’ As-Sulami | Dzulhijjah 7 H | Bani Sulaim |
40. | Sariyah Ghalib bin Abdullah Al-Laitsi | Shafar 8 H | Bani Al-Mulawwih di Al-Kadid |
41. | Sariyah Ghalib bin Abdullah Al-Laitsi | Shafar 8 H | Fadak |
42. | Sariyah Syuja’ bin Wahhab Al-Asadi | Rabiul Awal 8 H | Bani ‘Amir |
43. | Sariyah Ka’ab nim ‘Umair Al-Ghifari | Rabiul Awal 8 H | Dzatu Athlah |
44. | Sariyah Zaid bin Haritsah | 8 H | Madyan |
45. | Sariyah Mu’tah | Jumadal Ula 8 H | |
46. | Sariyah Dzatus Salasil | Jumadal Akhirah 8 H | |
47. | Sariyah Abu Qatadah | Sya’ban 8 H | Khadhirah |
48. | Sariyah Abu Hadrad | Sya’ban 8 H | Al-Ghabah |
49. | Sariyah Abu Qatadah | Ramadhan 8 H | Idham |
50. | Sariyah Usamah bin Zaid | 8 H | Al-Hurqat |
51. | Sariyah Khalid bin Al-Walid | Ramadhan 8 H | untuk menghancurkan berhala Uzza |
52. | Sariyah ‘Amr bin Al-‘Ash | Ramadhan 8 H | untuk menghancurkan berhala Suwa’ |
53. | Sariyah Sa’ad bin Zaid Al-Asyhali | Ramadhan 8 H | untuk menghancurkan berhala Manath |
54. | Sariyah Khalid bin Al-Walid | Syawal 8 H | Bani Judzaimah |
55. | Sariyah Qais bin Sa’ad bin Ubadah | 8 H | Shuda’ |
56. | Sariyah Authas | Syawal 8 H | |
57. | Sariyah Ath-Thufail bin Amr Ad-Dausi | Syawal 8 H | Untuk menghancurkan Al-Kaffain |
58. | Sariyah ‘Uyainah bin Hishn | Muharram 9 H | Bani Tamim |
59. | Sariyah Quthbah bin ‘Amir | Shafar 9 H | Khats’am |
60. | Sariyah Adh-Dhahak bin Sufyan | Rabiul Awal 9 H | Al-Qurtha’ |
61. | Sariyah Alqamah bin Mujazzir | Rabiul Akhir 9 H | Al-Ahbasy |
62. | Sariyah Ali bin Abi Thalib | Rabiul Akhir 9 H | untuk menghancuran Al-Fuls. |
63. | Sariyah ‘Ukkasyah bin Mihshan | Rabiul Akhir 9 H | Al-Jibab |
64. | Sariyah Thalhah bin ‘Ubaidilah | Rajab 9 H | untuk membakar rumah Suwailim Al-Yahudi. |
65. | Sariyah Khalid bin Al-Walid | Rajab 9 H | Ukaidar Raja Dumah |
66. | Sariyah Khalid bin Al-Walid | 9 H | Khats’am |
67. | Sariyah Abu Sufyan dan Al-Mughirah bin Syu’bah | Ramadhan 9 H | untuk menghancurkan berhala Lata |
68. | Sariyah Khalid bin Sa’id bin Al-A’sh | 9 H | Yaman |
69. | Sariyah Khalid bin Al-Walid | Rabiul Akhir 10 H | Bani Abdul Madan di Najran |
70. | Sariyah Ri’yah As-Suhaimi | 10 H | Ri’yah As-Suhaimi |
71. | Sariyah Sariyah Ali bin Abi Thalib | Ramadhan 10 H | Yaman |
72. | Sariyah Jarir bin Abdillah Al-Bajali | Ramadhan 10 H | untuk menghancurkan berhala Dzil Khalashah |
73. | Sariyah Usamah bin Zaid | Shafar 11 H | Balqa’ di Syam |
Jumlah Sariyah Zaman Nabi
Berdasarkan penelitian Syaikh Wahid Abdussalam Bali terhadap banyak literatur sejarah Islam yang ada didapati jumlah sariyah yang pernah dikirim oleh Nabi Muhammad ﷺ selama beliau hidup adalah 73 sariyah.
Jumlah personil masing-masing sariyah beragam. Dari sariyah dengan satu orang hingga mencapai 3 ribu orang.
Perbedaan Ghazwah dan Sariyah
Perbedaan antara ghazwah dan sariyah terletak pada:
- Keikutsertaan Rasulullah ﷺ dalam sebuah perang atau tidak.
Bila Rasulullah ﷺ keluar bersama sebuah pasukan dalam rangka menyerang musuh, maka kelompok pasukan semacam itu dalam sejarah islam disebut dengan istilah ghazwah.
Namun bila Rasulullah ﷺ mengirim sebuah pasukan dalam rangka menyerang musuh atau dalam sebuah upaya untuk mendapatkan informasi lengkap tentang musuh tanpa diikuti oleh Rasulullah ﷺ secara langsung maka itu dinamakan dengan istilah sariyah dalam literatur sejarah Islam.
- Pendapat Para ulama mutaqadimin dan mutaakhirin
Perlu dipahami bahwa kata ghazwah dan sariyah menurut para ulama mutaqadimin pada generasi pertama adalah seperti makna secara bahasa yaitu membidik dan menyerbu. Mereka tidak membedakan antara kedua kata tersebut dari segi bahasa dan istilah.
Adapun para ulama mutaakhirin, mereka menyebutkan pengertian secara istilah saja. Mereka membedakan antara ghazwah dan sariyah. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya ghazwah adalah keluarnya pasukan yang disertai oleh Nabi ﷺ sedangkan sariyah tidak disertai oleh nabi ﷺ.”[xii]
Persamaan Ghazwah dan Sariyah
- Pasukan dibawah Rasul
Persamaan antar ghazwah dan sariyah adalah keduanya merupakan pasukan mujahidin di masa Nabi ﷺ yang keluar untuk menghadapi musuh berdasarkan komando dan pengaturan langsung dari Rasulullah ﷺ. Mereka bertanggung jawab dan melaporkan kepada Rasulullah ﷺ atas pelaksanaannya operasi tersebut.
- Merupakan Jihad di Jalan Allah
Baik ghazwah maupun sariyah masuk dalam kategori jihad di jalan Allah Ta’ala dalam arti memerangi orang – orang kafir dengan senjata untuk meninggikan kalimat Allah Ta’ala.
Tanya Jawab Seputar Ghazwah dan Sariyah
Berikut beberapa pertanyaan yang mungkin sempat terlintas dibenak sebagian orang dari kaum Muslimin saat membaca literatur sejarah Islam terutama bagian peperangannya.
– Peperangan yang diikuti Nabi ﷺ disebut apa?
Peperangan yang diikuti Nabi ﷺ secara langsung di dalamnya disebut dengan istilah ghazwah dalam literatur sejarah islam yang ditulis oleh para ulama mutaakhirin.
– Berapa Jumlah Perang Pada Zaman Nabi ﷺ?
Jumlah perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad ﷺ tidak didapatkan jumlah pasti yang disepakati oleh para ulama.
Namun berdasarkan kajian Syaikh Wahid Abdussalam Bali jumlah perang di zaman Nabi ﷺ yang merupakan total gabungan antara ghazwah dan sariyah berjumlah 27 + 73 = 100 peperangan.
Jumlah ini juga seperti yang disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah saat menukil dari sebuah tulisan yang dibacanya.[xiii]
– Berapa Jumlah Perang Yang Diikuti Nabi ﷺ?
Jumlah peperangan yang diikuti oleh Nabi Muhammad ﷺ ada beberapa versi menurut para ahli sejarah.
Ada yang mengatakan 25 perang. Ada yang mengatakan 27 perang dan ada juga ulama yang mengatakan jumlahnya adalah 29.[xiv]
Hanya saja bila mengacu kepada Ibnu Hisyam, jumlah perang yang diikuti Nabi ﷺ adalah 27.[xv] Ini seperti pendapat Syaikh Wahid Abdussalam Bali di atas.
– Berapa Jumlah Perang Yang Tidak Diikuti Nabi ﷺ?
Sedangkan jumlah perang yang tidak diikuti oleh Nabi Muhammad ﷺ itu jumlahnya jauh lebih banyak daripada jumlah yang diikuti oleh Nabi ﷺ. Perbedaan pendapat dalam hal ini juga lebih banyak. Berkisar antara 40 an hingga 70 an.[xvi]
Bila mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Syaikh Wahid Abdussalam Bali di atas maka jumlah perang yang tidak diikuti oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah 73.
– Apa Ghazwah Terbesar yang diikuti Nabi ﷺ?
Ghazwah Hunain merupakan ghazwah terbesar yang diikuti Nabi ﷺ. Jumlah pasukan 12.000 dan terekam dalam Al Qur’an.
Demikian ini pembahasan tentang perbedaan antara ghazwah dan sariyah serta jumlahnya di masa Nabi ﷺ berdasarkan penjelasan para ulama. Semoga bermanfaat.
Bila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu karena rahmat Allah semata dan bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan dari setan. Semoga Allah mengampuni segala kesalahan kami.
[v] Ibid.
[vi] As-Sirah an-nabawiyah ‘Ardhu Waqai’ wa tahlilu Ahdats, Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Darul Ma’rifah, Beirut, Lebanon, 1429 H / 2008 M, hal. 366.
[vii]https://www.alukah.net/sharia/0/53779/
[ix] http://darululoom-deoband.com/arabic/articles/
[x] Ibid.
[xi] https://www.alukah.net/sharia/0/54109/
[xii] http://darululoom-deoband.com/arabic/ articles/ tmp/1575950482%2006_Dirasat_Nazratun_Rabi21435.htm
[xiii] https://www.islamweb.net/ar/fatwa/4463/
[xiv] Ibid.
[xv] http://darululoom-deoband.com/arabic/articles/ tmp/ 1575950482%2006_Dirasat_Nazratun_Rabi21435.htm
[xvi] https://www.islamweb.net/ar/fatwa/4463/
Incoming search terms:
- https://pusatjamdigital com/ghazwah-sariyah/ (8)
- berapa jumlah peperangan sariyah ? (1)
- Ghazwah sariyah (1)